Konsensus: Inflasi Oktober Masih 'Aman', Cuma 0,11%


Kamis,31 Oktober 2019 - 15:10:56 WIB
Konsensus: Inflasi Oktober Masih 'Aman', Cuma 0,11% sumber foto cnbcindonesia.com

Setelah deflasi pada September, Indonesia diperkirakan kembali mengalami inflasi pada Oktober. Namun inflasi domestik masih terkendali, sehingga membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali menurunkan suku bunga acuan demi menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Dilansir berita laman cnbcindonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Oktober esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,11% secara month-on-month (MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,225% dan inflasi inti tahunan di 3,305%.

Institusi

Inflasi MoM (%)

Inflasi YoY (%)

Inflasi Inti YoY (%)

ING

-

3.2

-

Citi

0.19

3.39

3.29

BCA

0.1

3.2

3.1

Maybank Indonesia

0.18

3.29

3.31

Danareksa Research Institute

0.16

3.27

-

Bank Permata

0.11

3.23

3.3

Standard Chartered

0.1

3.21

3.31

Bank Mandiri

0.11

3.22

3.32

CIMB Niaga

0.35

3.46

-

DBS

-

3.2

-

UOB

-

3.5

-

BNI Sekuritas

0.08

3.19

-

MEDIAN

0.11

3.225

3.305

 
Bulan sebelumnya, BPS mencatat ada deflasi 0,27% MoM. Sedangkan inflasi tahunan berada di 3,39% dan inflasi inti tahunan 3.32%. Jadi walau secara bulanan terjadi inflasi, tetapi secara tahunan dan inti ada perlambatan.

"Kami memperkirakan inflasi masih terkendali pada Oktober. Harga bahan pangan relatif terkendali, bahkan ada yang turun seperti cabai merah, telur ayam ras, dan tomat. Sementara harga bahan pangan yang naik antara lain daging ayam ras, bawang bombai, bawang putih, dan ikan segar," papar Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia.

Juniman menilai laju inflasi masih akan 'jinak' sampai akhir tahun ini. Dia memperkirakan inflasi pada akhir 2019 di kisaran 3,3%.

Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri, juga menyebut bahwa inflasi bahan pangan masih terkendali. Memang ada kenaikan harga yang lumayan tajam untuk daging ayam ras dan cabai merah, tetapi diimbangi oleh penurunan harga di cabai rawit, telur ayam ras, dan bawang putih.

"Ke depan, kami menilai inflasi tetap akan stabil dan berada di 3,41% pada akhir 2019. Sedikit di bawah titik tengah kisaran proyeksi BI 3,5% plus minus 1," kata Andry.

Laju inflasi yang 'aman' ini membuka ruang bagi MH Thamrin untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter. Sejak awal tahun, suku bunga acuan memang sudah turun tiga kali, tetapi tetap ada peluang untuk dipangkas setidaknya sekali lagi.

"Data inflasi mendukung agenda BI untuk menerapkan kebijakan moneter akomodatif. Ditambah dengan posisi The Fed (The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat) yang juga dovish, neraca perdagangan yang membaik, Neraca Pembayaran yang sehat, dan kurs rupiah yang stabil, kami melihat ada ruang penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate 25 bps (basis poin) lagi menjadi 4,75%," papar Andry.

Masyita Crystallin, Kepala Ekonom DBS Indonesia, juga memberikan pendapat serupa. Menurutnya, Indonesia punya kebutuhan untuk memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat agar bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.

Dengan permintaan domestik yang stabil, lanjut Masyita, Indonesia dapat dengan mudah mencapai pertumbuhan ekonomi di sekitar 5%. Namun yang menjadi tantangan adalah meningkatkan potensi pertumbuhan ke level 6%.

"Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, inflasi yang stabil, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil, BI memiliki lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga kebijakan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan. Kami melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan sebesar 25 bps pada kuartal IV-2019," sebut Masyita. (GA)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]