Jangan Panik, Inilah Jarak Tular Virus Corona Menurut Dokter


Selasa,03 Maret 2020 - 10:23:02 WIB
Jangan Panik, Inilah Jarak Tular Virus Corona Menurut Dokter sumber foto bisnis.com

Dokter Handrawan Nadesul melalui tulisannya yang tersebar di media sosial mengingatkan agar masyarakat tidak panik dan tetap rasional menanggapi kasus infeksi virus Corona di Indonesia.

Dilansir dari laman bisnis.com, melalui tulisan berjudul Virus Corona Bukan Virus Dengue, dokter senior yang juga dikenal sebagai penulis ini memberikan paparannya. Kepada Bisnis.com, Selasa (3/3/2020) dokter Handrawan mengizinkan paparannya ditulis ulang.

Menurut Handrawan jenis virus itu ratusan, bahkan ribuan. Masing-masing jenis virus punya tabiatnya sendiri. Berbeda jenisnya berbeda pula cara penularannya. Berbeda pula pintu masuknya ke dalam tubuh. Ada yang mengalami siklus kehidupannya di inang lain sebelum menularkan ke manusia, misal virus dengue pada DB, ada yang ditelan lewat pencernaan virus polio, ada yang lewat udara (air borne) virus polio, cacar, ada juga yang lewat hubungan seks virus HIV.

"Virus corona menular lewat percikan ludah (droplet infection). Artinya virus keluar dari tubuh penderita (saluran napas) lewat percikan ludah sewaktu batuk, bersin dan bercakap-cakap. Ini serupa dengan penularan basil TBC, yang juga lewat pucratan liur dari mulut dan hidung penderita," ujarnya.

Handrawan meyebutkan bahwa jarak tular virus Corona tentu berbeda dengan penularan virus yang beterbangan jauh di udara (air borne). "Virus Corona tak lebih dari 2 meter mulut pengidapnya jauh tularnya. Jadi itu berarti kita baru tertular virus Corona apabila berada sejauhnya 2 meter dari pengidap Corona. Itu pun kalau dia batuk, bersin atau kita bercaka-cakap sejarak itu."

Disebutkan Handrawan, beberapa jam setelah virus keluar dari mulut dan hidung pengidap, virus akan mati. "Mereka yang berada jauh dari pengidap Corona, kendati pengidapnya batuk, bersin, virusnya tidak menjangkau mereka."

Alasan Pentingnya Menghindari Memegang Wajah

Menurut Handrawan, percikan ludah dan liur dari pengidap akan melekat di dekat pengidap batuk dan bersin, mungkin di lantai, di kursi tempat pengidap duduk, dan semua peralatan dan benda di sekitar pengidap. "Itu alasan mengapa jemari kita selama berada di tempat publik sebaiknya tidak memegang wajah."

"Mengapa wajah? Oleh karena hidung dan mata dan mulut berada di wajah. Bila jemari yang sudah tercemar virus Corona yang kita tidak tahu entah dari mana tercemar di tempat publik, lalu menyentuh wajah, virus akan menjalar dengan mudah ke hidung, mata, atau mulut," papar Handrawan dalam tulisannya.

"Termasuk di dalam kabin pesawat. Kita tidak tahu apakah dalam pesawat sedang ada pengidap virus Corona," ujarnya. Ditambahkan Handrawan, dalam masa inkubasi atau masa tunas, pengidap virus belum memperlihatkan gejala. "Namun di saluran pernapasannya sudah ada virus Corona yang setiap saat siap tersemprotkan lewat batuk dan bersin, atau bercakap-cakap."

Virus yang melekat pada benda atau peralatan di sekitar pengidap akan segera mati juga dalam hitungan jam. Virus bertahan lebih lama, mungkin 3-4 jam bila berada di lendir, liur, atau cairan, dan bukan di benda mati.

"Lalu apa artinya ini? Hanya apabila jemari kita menyentuh semua barang yang berada di sekitar pengidap dan virusnya belum mati saja, dan kita menyentuh wajah, memasukkan jari ke hidung mengucek mata, maka kita baru akan tertular," paparnya.

Bagaimana orang-orang yang berada jauh dari pengidap virus?

Menurut Handrawan mereka tidak mungkin tertular. "Jangankan orang yang berada sekota, setetangga dengan pengidap corona saja pun atau ada yang positif mengidap virus Corona, kecil kemungkinan tertular. Kasus positif Corona sudah pasti tidak berkeliaran, atau hanya mungkin berkeliaran kalau lolos dari deteksi, atau tidak mau berobat walau flu dan sesak napas. Tapi ini kecil kemungkinan."

Jadi, lanjut Handrawan, orang yang dalam tubuhnya membawa virus corona, adalah mereka yang mengidap tapi belum kelihatan sakit. "Kita tahu secara epidemiologis, di antara satu pengidap virus ada lebih 10 orang yang berpotensi tertular. Lalu dari yang sepuluh sudah tertular, masing-masing menulari lagi 10 lainnya menjadi 100 yang tertular."

Jahatnya virus Corona adalah karena daya tularnya yang tinggi dibanding sekerabat Corona lainnya. Namun "untungnya", lanjut Handrawan, angka kematian corona virus tetap hanya 2 persen saja dibanding SARS yang bisa 15 persen.

Pencegahan Lebih Penting

Dokter Handrawan menegaskan aspek pencegahan sebagai hal yang penting. "Jadi sesungguhnya terhadap Corona lebih penting upaya pencegahan bagi masyarakat. Berjaga-jaga barangkali ada pengidap virus berkeliaran di tempat publik, dan itu tidak banyak. Lebih penting tidak ke tempat publik kalau tidak perlu."

Kapan Perlu Memakai Masker?

Menurut Handrawan penggunaan masker bisa dilakukan dalam situasi-situasi tertentu. "Pakai masker hanya kalau ke tempat publik di wilayah yang sudah ada kasusnya. Kalau dilaporkan sudah ada 2 kasus positif di Depok, artinya wilayah itu yang kemungkinan sudah ada penularan ke sejumlah orang, seturut perhitungan epidemiologis, dibanding wilayah lain yang belum ada kasus.

"Ihwal memakai masker sendiri, sesungguhnya hanya bagi yang sedang demam, flu, batuk pilek saja yang perlu atau kita yang berada di dekat wilayah yang sudah ada kasusnya. Tetangga 2 kasus itu pun sebetulnya belum tentu berisiko tertular karena virusnya sudah tidak ada, apalagi keduanya sudah masuk RS Soelianti Soeroso."

 Jejak Penderita Corona

Terkait tamu Jepang yang disebut menjadi awal penularan terhadap dua WNI, Handrawan menuliskan perlunya penelusuran ke mana saja dia singgah. "Perlu ditelusuri pula, ke mana saja tamu Jepang penular 2 kasus itu alibi jejaknya, selain 2 kasus ini juga sudah singgah ke mana dan berada di mana setelah bertemu tamu Jepang yang sakit itu. Ditelusuri pula di RS Depok tempat 2 kasus pernah berobat sudah bertemu dengan siapa saja, suster dan dokter siapa, berada di ruangan mana. Itu semua untuk melakukan surveilans supaya jejak-jejak pengidap bisa dibersihkan."

Jangan Panik

Handrawan menekankan pentingnya agar masyarakat tidak panik atau dibuat panik menghadapi kasus Corona. "Masyarakat perlu dikendurkan rasa takut apalagi kepanikannya. Hari ini supermarket diserbu, masker diserbu, sungguh sangat tidak masuk akal sehat medis," ujarnya mengomentari kepanikan yang terjadi kemarin.

"Karena kurang memahami bagaimana virus menular, banyak sikap tingkah laku dan ulah seperti bukan orang medis. Termasuk otoritas Depok yang melakukan fogging seolah virus Corona dianggap sama dengan DB dengue. Fogging kan untuk nyamuk, bukan untuk virus. Kedua, virus manapun tidak mati dengan fogging, melainkan dengan kekebalan tubuh, atau dengan obat antivirus kalau sudah tersedia.

Soal Konsumsi Jahe dan Ramuan

Handrawan juga mengomentari viral soal anjuran konsumsi jahe dan kunir serta ramuan.  "Anjuran konsumsi jahe dan kunir dan ramuan juga viral sekarang, sehingga menjadi bias, serong seolah obat corona bisa dilawan dengan jahe dan kunir dan sejenisnya. Tidak mungkin, karena tidak masuk akal medis. Bahwa jahe dan kunir (baca curcumin) mampu meningkatkan daya tahan tubuh memang betul. Cara kita menyikapi musim Corona hanya dapat dengan cara melakukan peningkatan kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan, namun bukan untuk pengobatan," tegasnya.

Handrawan menyebutkan bahwa hampir pasti Corona tidak bisa dilawan dengan jahe dan kunir, hanya karena zat berkhasiat dalam jahe dan kunir membuat tubuh lebih kebal sehingga tidak mudah tertular saja. "Juga tidak masuk akal orang di luar Depok tempat domisili 2 kasus positif bermukim semua bisa tertular. Bahkan tetangganya pun tidak perlu bermasker."

"Lucu kalau semua orang Indonesia di semua kota latah memakai masker sehingga harganya puluhan lipat, bahkan ketika sedang di dalam rumah sendiri pun tetap memakai masker sungguh tidak nalar," ujar dokter Handrawan Nadesul di akhir tulisannya. (GA)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]