Gerhana Bulan Sabtu Dini Hari dan Samarnya Purnama


Jumat,05 Juni 2020 - 16:51:27 WIB
Gerhana Bulan Sabtu Dini Hari dan Samarnya Purnama ilustrasi foto sumber kompas.com

Sebuah peristiwa Gerhana Bulan Samar (Penumbral) akan terjadi pada Sabtu Pon dini hari 14 Syawwal 1441 H yang bertepatan dengan 6 Juni 2020. Berdasarkan perhitungan (hisab) maka fase awal Gerhana Bulan Samar ini akan terjadi pada pukul 00:45:56 WIB sementara fase akhirnya pada pukul 04:04:08 WIB. Sehingga gerhana memiliki durasi 3 jam 18 menit 12 detik.

Dilansir dari laman kompas.com, puncak gerhana diperhitungkan akan tercapai pada pukul 02:25:02 WIB dengan magnitudo 0,57. Artinya, 57 persen permukaan Bulan bakal ditutupi oleh kerucut bayangan tambahan (penumbra) Bumi. Istilah Gerhana Bulan Samar dapat ditemukan dalam literatur falakiyah, misalnya dalam kitab Irsyadul Murid buah karya KH Ghozali Fathullah. Dalam kitab tersebut, gerhana jenis ini disebut sebagai al–khusuf asy–syabihi.

Meskipun menyandang nama Gerhana Bulan, Gerhana Bulan Samar sangat sulit dibedakan dengan ketampakan Bulan purnama biasa apabila disaksikan dengan mata telanjang. Sehingga peristiwa ini tidak diikuti dengan anjuran penyelenggaraan shalat gerhana. Jadi berbeda dengan yang dijumpai pada Gerhana Bulan Total maupun Gerhana Bulan Sebagian (keduanya disebut al–khusuf al–hakiki pada kitab Irsyadul Murid), yang menjadi dasar bagi shalat gerhana.

Merujuk kepada sabda Rasulullah SAW melalui jalur Mughirah bin Syu’bah yang diriwayatkan Imam Bukhari, pada saat gerhana bisa terlihat maka dianjurkan menyelenggarakan shalat gerhana hingga gerhana tersebut usai. Pemaknaan terlihatnya gerhana dalam hal ini serupa dengan terlihatnya hilal dalam penentuan awal bulan kalender Hijriyyah, sehingga sama sama menyaratkan terlihat dengan mata. Gerhana Bulan Samar 14 Syawwal 1441 H ini akan dapat disaksikan pada seluruh lokasi mana pun di Indonesia pada waktu yang sama, tentunya menyesuaikan dengan zona waktu masing–masing.

Gerhana Bulan ini akan terjadi manakala Bulan sedang berada di langit barat dengan ketinggian terus menurun. Khusus untuk propinsi Papua, fase akhir gerhana ini bertepatan dengan saat Matahari terbit sehingga tidak akan teramati. Musim Gerhana 1441 H Gerhana Bulan Samar 14 Syawwal 1441 H merupakan peristiwa gerhana ketiga dalam musim gerhana di tahun 1441 Hijriyyah. Musim gerhana ini mengandung 5 peristiwa gerhana, masing–masing 2 Gerhana Matahari dan 3 Gerhana Bulan.

Kedua Gerhana Matahari tersebut adalah Gerhana Matahari Cincin 29 Rabiul Akhir (26 Desember 2019) dan Gerhana Matahari Cincin 29 Syawwal (21 Juni 2020). Sementara ketiga Gerhana Bulan adalah Gerhana Bulan Samar 15 Jumadal Ula (11 Januari 2020), Gerhana Bulan Samar 14 Syawwal (6 Juni 2020) dan Gerhana Bulan Samar 13 Zulqaidah (5 Juli 2020). Hampir seluruh peristiwa gerhana dalam musim gerhana tahun 1441 H ini dapat disaksikan dari Indonesia, kecuali gerhana samar yang terakhir.

Gerhana Bulan atau al–khusuf al–qamar terjadi pada saat Bumi, Bulan dan Matahari benar–benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga–dimensi dimana Bumi berada di antara Bulan dan Matahari. Dalam ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi pada saat oposisi Bulan–Matahari (istikbal) yang bersamaan waktunya dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya. Titik nodal merupakan titik potong khayali di langit dimana orbit Bulan tepat memotong ekliptika, yaitu bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.

Momen istikbal mudah kita kenali sebagai fase purnama dari Bulan. Sebagai akibat kesejajaran tersebut, maka pancaran sinar Matahari yang menuju ke bundaran Bulan terhalangi Bumi. Maka peristiwa Gerhana Bulan selalu terjadi di malam hari. Lalu, karena ukuran Bumi lebih besar dibanding Bulan dan bergantung kepada geometri pemblokiran sinar Matahari saat gerhana, maka bagian Bumi manapun yang sedang mengalami malam hari dapat menyaksikan peristiwa Gerhana Bulan.

Meskipun geometri gerhana menyebabkan adanya fase awal gerhana dan fase akhir gerhana, sehingga ada kawasan yang tak mengalami seluruh fase gerhana secara utuh karena gerhana terjadi dalam proses terbit maupun terbenamnya Bulan. Dalam setiap tahun Hijriyyah terjadi 12 hingga 13 peristiwa istikbal, namun tidak setiap istikbal menghasilkan Gerhana Bulan.

Sebab, orbit Bulan membentuk sudut 5º 14’ terhadap ekliptika sehingga Bulan tidak selalu menempati salah satu di antara dua titik nodalnya manakala istikbal terjadi. Situasi dimana istikbal terjadi bersamaan dengan Bulan menempati atau berdekatan dengan salah satu titik nodalnya hanya terjadi minimal 2 kali dan maksimal 4 kali dalam setiap tahun Hijriyyah. Terdapat tiga jenis Gerhana Bulan:

Pertama adalah Gerhana Bulan Total (GBT), yang terjadi saat Bulan berada menempati titik nodal kala istikbal, sehingga cakram Bulan tepat sepenuhnya memasuki kerucut bayangan inti Bumi di puncak gerhana. Dalam konfigurasi ini, cahaya Matahari yang terblokir Bumi membentuk dua bayangan, yaitu umbra (bayangan inti) dan penumbra (bayangan tambahan). Pada puncak gerhana, ketampakan Bulan seakan–akan sangat meredup dan berganti menjadi warna merah gelap ataupun gelap sepenuhnya yang bergantung kepada derajat pengotoran udara global pada saat itu.

Kedua adalah Gerhana Bulan Sebagian (GBS). Peristiwa ini mirip Gerhana Bulan Total, juga terjadi saat Bulan berada di titik nodal kala istikbal. Perbedaannya tidak seluruh cakram Bulan memasuki kerucut bayangan inti Bumi di puncak gerhana. Pada konfigurasi ini, cahaya Matahari yang terblokir Bumi juga akan membentuk dua bayangan, yaitu umbra dan penumbra. Pada puncak gerhana, ketampakan Bulan seakan–akan berubah menjadi perbani (separuh) atau sabit tebal, yang bergantung pada geometri gerhana pada saat itu.

Ketiga adalah Gerhana Bulan Penumbral (GBP) atau Gerhana Bulan Samar. Berbeda dengan kedua Gerhana Bulan sebelumnya, Gerhana Bulan Samar terjadi saat istikbal namun Bulan tidak bersinggungan sama sekali dengan kerucut bayangan inti Bumi. Cakram Bulan hanya memasuki kerucut bayangan tambahan Bumi, baik seluruhnya maupun sebagian saja. Pada puncak gerhana, ketampakan Bulan sangat sulit dibedakan dengan Bulan purnama biasa kecuali oleh perukyat (pengamat) yang berpengalaman.

Lembaga Falakiyah PBNU menghimabu pengamatan Gerhana Bulan Samar dapat diselenggarakan sebagai sarana untuk belajar, mengamati fenomena alam, ber–tafakur dan merasakan kebesaran Allah SWT yang menghadirkan peristiwa gerhana. Salah satu dari kegiatan tersebut kami siapkan di observatorium pribadi Imah Noong, Lembang (Jawa Barat) di bawah tajuk Exploring the Sky from Home. Gerhana Bulan Samar akan diamati dengan sistem teleskop yang telah dipersiapkan dan dipancarluaskan ke dunia maya melalui sistem live streaming di akun Youtube Falakiyah Channel. (GA)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]