Bencana Asap di Kampung Kami

Dari Peluh Masyarakat Peduli Api hingga Warning BNPB


Sabtu,17 September 2016 - 19:58:03 WIB
Dari Peluh Masyarakat Peduli Api hingga Warning BNPB Kebakaran lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (24/8/2016). (foto: Parlindungan)

Kebakaran lahan kembali terjadi di Riau. Kali ini lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Dalam dua hari belakangan ini, terdapat tiga titik lahan terbakar di desa ini.

Desa ini langganan kebakaran hutan dan lahan, bahkan saking seringnya, dua periode presiden berbeda, yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo sempat menghampiri desa ini untuk melihat lebih dekat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi.

Saat riaubisnis.co mengunjungi lokasi kebakaran lahan, terlihat petugas pemadaman kebakaran, tim Polri, TNI, tim Masyarakat Peduli Api, dan kendaraan operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, berpartisipasi memadamkan api yang membakar lahan gambut itu.

“Kalau memadamkan api di lahan gambut sangat sulit ketimbang lahan yang bukan gambut. Karena, di lahan gambut ketika di atasnya apinya sudah padam, di bahagian bawah belum tentu padam. Dan ia bisa menjalar dari bawah ke lahan lebih jauh,” terang Ketua Tim Masyarakat Peduli Gambut, Desa Rimbo Panjang, Kabupaten kampar, Heri, kepada riaubisnis.co, Rabu (24/8/2016) di tempat kejadian kebakaran lahan.

Katanya, lahan gambut yang terbakar memang tidak terlalu luas, akibat sudah jauh ke dalam apinya menjalar, sehingga sulit dipadamkan. “Ini api sudah dua hari kita padamkan sejak Selasa lalu. Tapi sampai hari ini belum juga padam. Sebagai bukti, asapnya tetap ada walaupun apinya tidak terlihat,” ujar Heri.

Sebagai bentuk kepedulian Masyarakat Peduli Asap, dirinya beserta 40 orang anggotanya secara sukarela membantu memadamkan api di tanah kelahiran mereka. Tanpa digaji sepeser pun dari pemerintah, mereka ikhlas bekerja memantau dan memadamkan api dengan menggunakan peralatan pemadaman yang ala kadarnya.

“Kita ada mesin air yang kadang bisa hidup dan kadang tidak bisa hidup. Dan kita disediakan selang yang tidak maksimal panjangnya, sehingga menyulitkan kami untuk memadamkan api ketika apinya sangat jauh ke dalam hutan,” tegas Heri berusia 40 tahun ini.

Kata Heri, Desa Rimbo Panjang sering terjadi kebakaran lahan. Dalam waktu dua hari ini saja, ada tiga titik di desanya terjadi kebakaran lahan. Namun, akibat kesigapan tim memadamkan, api tidak semakin meluas.

Dari pantauan riaubisnis.co, di sejumlah lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar masih terlihat terbakar dan ditangani oleh tim yang tergabung dari TNI, Polri, petugas pemadam kebakaran, dan Masyarakat Peduli Api.

Berdasarkan deteksi Satelit MODIS dari NASA hotspot kebakaran hutan dan lahan di Riau, terdapat di sejumlah kabupaten, yang terbesar di Kabupaten Rokan Hilir 32 titik. Selebihnya lahan terbakar tidak banyak hotspot di Pelalawan, Kampar, Meranti, Rokan Hulu, Bengkalis, Inhil dan Inhu. Salah satu penyebab memburuknya kualitas udara di Riau damak dari hotspot tersebut.

“Lahan yang terbakar di Kabupaten Rokan Hilir di antaranya ada di Kecamatan Pujud terdapat 50 hektare, Labuhan Tangga 10 hektare, Rantau Bais 40 hektare, Tanah Putih 25 hektare, Teluk Beno 40 hektare, dan Kubu 10 hektare,” papar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (28/8/2016).

Dari hasil deteksi tersebut, kata Sutopo, lahan yang terbakar adalah lahan open akses, kebun masyarakat tanah ulayat, dan lahan swasta yang dikuasai masyarakat. “Seperti biasanya, sebab dibakar adalah untuk pembersihan lahan dengan membakar sebelum dimanfatkan untuk perkebunan,” sindirnya.

Lebih jauh Sutopo menjelaskan, dampak kabut asap ini kualitas udara pasti menurun. Bahkan berdasarkan laporan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau dan KLHK, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada 28/8/2016 pukul 17.00 WIB sudah memasuki tingkat ‘Berbahaya’ di Bagan Siapi-api, Kabupaten  Rokan Hilir.

“Selain itu, kualitas udara di Duri Camp, Kabupaten Bengkalis tingkat ‘Sangat Tidak Sehat’, dan di Dumai, Libo, Kabupaten Rokan Hilir, Duri Field Kabupaten Bengkalis tingkat ‘Tidak Sehat’. Sedangkan di Pekanbaru, Kampar, Pelalawan, dan Siak masih pada level ‘Sedang’,” papar Sutopo.

Mengenai jarak pandang, pada Minggu (28/8/2016) sore pukul 16.00 WIB, di Kota Dumai 1 kilometer dan Pelalawan 3 kilometer. Kalau di Kota Pekanbaru jarak pandang capai 6 kilometer dan Rengat 8 kilometer.

“Kalau kualitas udara tidak sehat, pasti berdampak kepada merugikan kesehatan pula. Dengan ISPU level ‘Tidak Sehat’ dapat merugikan manusia atau kelompok hewan yang sensitif, atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika," tegasnya.

Ternyata, sebaran asap tipis dari Riau terbawa angin ke timur hingga Singapura dan perairan di bagian timur. Hal ini berdasarkan hasil pantauan Satelit Himawari BMKG, pada 28/8/2016 pukul 12.00 WIB. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara di Singapura kembali Tidak Sehat pada PM 2,5 dengan konsentrasi 159 psi.

"Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih terus dilakukan. Kondisi udara kering menyebabkan api cukup sulit dipadamkan. Apalagi lahan yang terbakar adalah gambut," katanya.

Dari data yang didapati, luas hutan dan lahan yang terbakar, terutama lahan gambut di Riau sejak Januari hingga Minggu (28/8/2016) sekitar 3.218 hektare. Sementara Satgas Penegakan Hukum telah menangani 64 kejadian perkara dengan jumlah tersangka 84 orang.

BNPB Tegaskan Satgas Karhutla Lakukan Mobilisasi Udara

Sikap tegas diutarakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Willem Rampangilei. Ia me-warning, agar Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) untuk melakukan mobilisasi udara (mobud).

Dalam Rakor Karhutla di Posko Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Minggu (28/8/2016), Willem menyampaikan, saat ditemukan hotspot, kita terjunkan pasukan untuk melakukan pemadaman hingga tuntas. “Bila perlu kita membangun tenda di lokasi tersebut kalau pemadaman dirasa sulit," kata Willem.

Karena dalam proses pemadaman api membutuhkan peralatan, pihak BNPB menanggung seluruh dana dalam operasi Karhutla ini. “BNPB mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan, baik itu mesin semprot air, tenda untuk pasukan sampai akomodasi," papar Willem.(*)

Parl-3180


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]