Penelitian Ungkap Masker Aman Digunakan saat Berolahraga

Rabu,25 November 2020 - 09:44:36 wib
Penelitian Ungkap Masker Aman Digunakan saat Berolahraga
sumber foto lifestyle.okezone.com,

Masker menjadi benda yang sangat dibutuhkan selama masa pandemi covid-19. Setiap orang yang berkegiatan di luar rumah wajib mengenakan masker untuk mencegah persebaran virus corona. Namun bagaimana halnya jika berolahraga sambil menggunakan masker? Apakah aliran oksigen ke tubuh akan terganggu?

Dilansir dari laman lifestyle.okezone.com, dua penelitian menyimpulkan bahwa menggunakan masker saat olahraga berat tidak membatasi aliran oksigen atau merusak fungsi paru-paru. Hal itu justru berguna untuk membatasi persebaran virus corona dari tetesan pernapasan.

Penelitian pertama yang diterbitkan dalam Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports mempelajari 16 pria dewasa sehat yang mengendarai sepeda statis. Tekanan darah, detak jantung, laju pernapasan, saturasi oksigen, dan waktu kelelahan mereka diukur.

Setiap peserta melakukan tiga kali tes. Mulai tanpa masker, kemudian menggunakan masker, dan terakhir sambil mengenakan respirator N95. Satu-satunya efek yang signifikan terlihat pada peningkatan karbondioksida dalam napas mereka ketika mengenakan N95. Para peneliti kemudian menyarankan masker tetap digunakan saat latihan hindari penggunaan N95.

Lanjut ke penelitian kedua yang terbit bulan ini di International Journal of Environmental Research and Public Health. Peneliti merekrut 14 pria dan wanita untuk melakukan tes berolahraga hingga kelelahan. Tiga kali tes dilakukan, mulai mengenakan masker wajah kain tiga lapis, masker wajah bedah sekali pakai, hingga tanpa masker. Temuan mereka menunjukkan bahwa orang dapat memakai masker wajah selama latihan intens tanpa adanya efek merugikan pada darah dan oksigenasi otot.

"Temuan utamanya adalah masker meningkatkan dispnea yang merupakan sensasi tidak nyaman saat menggunakan masker. Masker membuat wajah terasa panas sehingga ada peningkatan dispnea. Namun, perasaan subjektif ini bukan karena perbuahan fisiologi pada tubuh," kata penulis utama penelitian Susan Hopkins, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (25/11/2020).

Dua penelitian itu dilakukan kepada sejumlah orang dewasa sehat. Artinya, hal berbeda mungkin bisa terjadi pada orang yang berusia lebih tua, muda, atau orang yang memiliki riwayat kesehatan kurang baik. (GA)

 

 

BERITA LAINNYA