Rupiah Dekati Rp15 Ribu per Dolar AS, Tertinggi Setahun Terakhir

Senin,04 Juli 2022 - 16:37:16 wib
Rupiah Dekati Rp15 Ribu per Dolar AS, Tertinggi Setahun Terakhir
sumber foto cnnindonesia.com

Nilai tukar rupiah kembali melemah ke posisi Rp14.971 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (4/7) sore. Mata uang Garuda terdepresiasi 29 poin atau 0,19 persen dari sebelumnya. Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.960 per dolar AS di sore ini.

Dilansir dari laman cnnindonesia.com. Mata uang di kawasan Asia terpantau bervariasi. Yen Jepang terpantau melemah 0,12 persen, dolar Singapura menguat tipis 0,01 persen dan won Korea Selatan menguat 0,03 persen. Lalu, peso Filipina menguat 0,01 persen, yuan China menguat 0,07 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,13 persen.

Kemudian, dolar Taiwan menguat 0,09 persen serta baht Thailand melemah 0,30 persen. Hanya dolar Hong Kong yang terpantau stagnan pada perdagangan sore ini. Di sisi lain mata uang negara maju kompak berada di zona hijau. Terpantau euro Eropa menguat 0,10 persen dan poundsterling Inggris menguat 0,11 persen serta franc Swiss menguat 0,11 persen.

Kemudian, dolar Kanada menguat 0,26 persen dan dolar Australia menguat 0,57 persen. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan ada dua faktor pendorong dolar AS masih perkasa dan mengalahkan rupiah. Dari sisi eksternal, ada dorongan sikap wait and see investor akan pengumuman the Fed yang dijadwalkan pada pekan ini.

"Investor sekarang menunggu risalah dari pertemuan Fed Juni, yang dijadwalkan pada hari Rabu (6/7), yang hampir pasti terdengar hawkish mengingat The Fed memilih menaikkan suku bunga sebesar 75 bps," ujarnya dalam keterangan resmi. Sedangkan dari sisi internal, pelemahan rupiah ditopang oleh data inflasi yang tinggi melebihi 4 persen. Investor mengkhawatirkan inflasi bisa lebih tinggi pada bulan berikutnya. Apalagi, gejolak di global masih terus berlanjut.

"Tingginya inflasi bisa memberikan ketidakpastian dan mengganggu potensi pertumbuhan, sehingga pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan dari kemungkinan kenaikan inflasi hingga akhir tahun ini," jelasnya.
Ia menekankan pemerintah harus melakukan berbagai strategi untuk mencegah terjadinya inflasi dan bahkan stagflasi di Indonesia.

Pertama, pemerintah dinilai harus lebih mewaspadai pergerakan harga-harga komoditas global seperti gandum dan minyak bumi yang terdampak oleh kondisi geopolitik di Eropa.

Kedua, pemerintah juga harus memikirkan dan membuat roadmap ketahanan pangan, terutama bahan makanan yang selama ini sering kali menjadi penyebab utama inflasi di Indonesia. Masalah kedelai, jagung, cabai rawit, bawang merah, bawah putih, telur ayam, daging ayam, merupakan contoh dari masalah rutin dan selalu berulang karena mismanajemen mulai dari sektor hulu sampai hilir.

Ketiga, pemerintah harus melakukan perbaikan komprehensif lintas sektoral dari sektor hulu yang berada di Kementerian Pertanian, sampai sektor hilir yang berada di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. "Hal ini tidak bisa dilakukan secara instan, perlu waktu yang lebih lama, tapi bisa dilakukan. Hanya perlu political will dari pemerintah," pungkasnya. (RF)

 

 

BERITA LAINNYA