Remdesivir Buatan Gilead Katanya Bisa Atasi Corona, Mahal?


Kamis,30 April 2020 - 14:33:20 WIB
Remdesivir Buatan Gilead Katanya Bisa Atasi Corona, Mahal? sumber foto cnbcindonesia.com

Kabar baik datang dari barat. Setelah diuji, obat potensial Covid-19 remdesivir menunjukkan hasil yang menjanjikan. Kabar baik lainnya adalah, perkiraan biaya produksi obat ini pun tak semahal yang dibayangkan.

 Dilansir dari laman cnbcindonesia.com, tadi malam Gilead Science sebagai produsen remdesivir, mengatakan obat racikannya itu manjur untuk dijadikan antivirus dalam menyembuhkan pasien yang terinfeksi Covid-19.

CNBC Internasional melaporkan Gilead melakukan uji klinis terhadap 397 pasien penderita parah COVID-19. Kemudian pasien tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama diberi obat remdesivir selama 5 hari sementara yang lain diberi remdesivir untuk 10 hari.

Hasilnya, lebih dari setengah pasien yang dirawat diperbolehkan pulang dalam waktu 14 hari. Sebanyak 64,5% pasien dari kelompok pertama yang mendapatkan remdesivir dalam waktu yang lebih singkat dan 53,8% dari kelompok kedua sudah diizinkan untuk pulang.

"Data ini menggembirakan karena menunjukkan bahwa pasien yang menerima remdesivir yang lebih pendek jangka waktunya yakni lima hari mengalami peningkatan klinis yang serupa dengan pasien yang menerima pengobatan 10 hari," kata Aruna Subramanian, pemimpin peneliti dalam uji klinis tersebut, sebagaimana diwartakan CNBC International.

Namun studi tersebut hanya fokus pada dua kelompok eksperimen saja tanpa kontrol. Artinya pasien yang tidak diberi remdesivir tidak dievaluasi. Bagaimanapun juga hasil ini dianggap sebagai sebuah kemajuan di tengah tidak tersedianya obat yang ampuh melawan virus ganas yang pertama kali merebak di China ini.

Remdesivir sebelumnya juga sudah diuji untuk menyembuhkan penyakit SARS, MERS hingga Ebola. Hasilnya bisa dibilang cukup menjanjikan walau masih membutuhkan investigasi lebih lanjut. Kini semua berharap bahwa obat ini benar-benar mujarab untuk menyembuhkan Covid-19.

Sesaat setelah kabar gembira ini tersiar, mantan komisioner FDA AS yang juga investor Dr. Scott Gootlieb juga ikut memberikan komentar. Ia menjelaskan remdesivir sebagai bagian dari toolbox yang lebih baik dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Menurutnya ini belum bisa dikatakan sebagai home run atau pukulan kemenangan karena menemukan penangkal dari si virus. "Ini bukanlah obat, ini hanya sebuah obat potensial yang jika digunakan di fase awal penyakit akan mengurangi peluang memburuknya keadaan" begitu kata Gottlieb dalam sebuah wawancara di acara Squawk Box CNBC Internasional.

Terlepas dari tanggapan Dr. Gottlieb, hasil ini berhasil memunculkan optimisme baru, bahwa umat manusia akan kembali mencatatkan sejarah menang dalam peperangan melawan musuh tak kasat mata.

Kabar baik lainnya adalah, jika remdesivir diproduksi secara massal, ongkos produksinya pun terbilang tak besar-besar amat. Dalam Journal of Virus Eradication, ongkos perawatan 10 hari akan menelan biaya US$ 4,8 per orang.

Setelah penyesuaian untuk biaya formulasi (dan 20% kerugian yang diproyeksikan selama formulasi), biaya botol, margin laba dan pajak, perkiraan biaya per perawatan akan menjadi sekitar US$ 9 per orang seperti yang ditunjukkan pada. Biaya harian diperkirakan mencapau US$ 0,93/orang.

Perhitungan biaya obat tersebut tidak memperhitungkan biaya tambahan seperti infus untuk injeksi intravena, jarum suntuk, air steril, hingga biaya staf dan administrasinya.

Sebenarnya selain remdesivir ada obat-obatan lain yang juga potensial digunakan untuk menyembuhkan Covid-19. Mengacu pada Journal of Virus Eradication ada 7 obat lain yang potensial untuk dijadikan antivirus melawan COVID-19.

Ketujuh obat tersebut antara lain favipiravir yang biasanya digunakan sebagai obat influenza. Ada juga lopinavir atau ritonavir yang digunakan dalam penanganan kasus HIV. Selanjutnya ada obat antimalaria yang sempat beken dan dibilang Trump sebagai Game Changer yakni chloroquine dan hydroxychloroquine.

Semua obat yang disebut di atas merupakan kandidat obat Covid-19. Virus corona menyerang sistem pernapasan terutama paru-paru dan menyebabkan pneumonia pada penderitanya. Obat lain yang digunakan untuk memperbaiki fungsi paru-paru dan mengurangi respons peradangan (inflamasi) adalah pirfenidone.

Biaya produksi obat-obatan tersebut pun terbilang ‘murah’ karena hanya membutuhkan setidaknya US$ 1 untuk satu penanganan dalam sehari. Itu baru ongkos produksinya saja lho. Untuk harganya sendiri masih jauh lebih mahal terutama di AS. Bahkan untuk obat-obatan yang sudah generik pun ada yang harganya mencapai belasan ribu dolar AS atau ratusan juta rupiah.

Itu baru obatnya saja, belum biaya perawatan dan penanganan, cek laboratorium dlsb. Sekarang seharusnya kita menjadi semakin sadar bahwa kesehatan itu memang benar-benar mahal harganya. Untuk itu langkah paling baik di tengah pandemi ini adalah menjaga kesehatan. Toh mencegah memang lebih baik daripada mengobati tho. (GA)
 

 

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]