Nilai tukar rupiah berada di level RpRp14.372 per per dolar AS pada Rabu (2/3) pagi ini. Mata uang garuda turun 37 poin atau minus 0,26 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.335 per dolar AS. Sementara, mata uang di Asia bergerak bervariasi pagi ini. Tercatat, dolar Hong Kong naik 0,01 persen, won Korea Selatan minus 0,35 persen, peso Filipina turun 0,26 persen, ringgit Malaysia turun 0,04 persen, dan baht Thailand naik 0,19 persen.
Dilansir dari laman cnnindonesia.com. Sementara itu, yen Jepang minus 0,07 persen, dolar Singapura menguat 0,06 persen, dan yuan China minus 0,01 persen. Di sisi lain, mayoritas mata uang di negara maju kompak hijau pagi ini. Terpantau, dolar Kanada naik 0,17 persen, dolar Australia naik 0,29 persen, poundsterling Inggris naik 0,07 persen, euro Eropa minus 0,05 persen, dan franc Swiss melemah 0,1 persen. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memproyeksikan nilai tukar rupiah melemah diakibatkan tekanan harga minyak mentah dunia yang kembali naik ke atas US$100 per barel.
"Harga minyak mentah dan komoditas lainnya menguat karena perang Rusia dan Ukraina belum akan selesai dalam waktu dekat. Rusia telah bersiap merebut ibu kota Ukraina. Perang yang berlanjut ini dikhawatirkan akan mengganggu suplai energi dan komoditas," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Ariston, kenaikan harga minyak mentah dan komoditas akan mendorong kenaikan inflasi global yang bisa menekan pemulihan ekonomi. Jika begitu, pasar bisa keluar dari aset berisiko untuk sementara waktu dan ini bisa menekan rupiah. Ia memprediksikan rupiah bergerak melemah hari ini dalam rentang Rp14.300 per dolar AS-Rp14.370 per dolar AS. (RF)