Kondisi Ekonomi Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Global


Rabu,12 Oktober 2022 - 10:36:00 WIB
Kondisi Ekonomi Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Global sumber foto cnnindonesia.com

Ketidakpastian ekonomi global imbas perang Rusia-Ukraina yang berimbas pada kelangkaan pangan dan energi masih terjadi. Dampaknya, beberapa negara mengalami lonjakan inflasi, tak terkecuali Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan memastikan ekonomi global akan terjerembab ke jurang resesi pada tahun depan. Ia mengatakan resesi dipicu kebijakan agresif sejumlah bank sentral dunia yang menaikkan bunga acuan demi meredam lonjakan inflasi. Akibatnya, kebijakan tersebut akan menekan pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, Sri Mulyani menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,4 persen pada kuartal II 2022 dan inflasi yang masih terkendali di level 5,95 persen pada September lalu menjadi dasarnya.

Dilansir dari laman cnnindonesia.com.Indonesia mencatat inflasi sebesar 5,95 persen pada September 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka ini di bawah perkiraan, 6,8 persen. Padahal, pada bulan yang sama pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, pertalite dan solar. Di lain kesempatan, Ani mengatakan bahwa utang luar negeri pemerintah juga menurun. Begitu pula dengan utang korporasi yang semakin rendah. Data Bank Indonesia mencatat utang luar negeri RI sebesar US$400,4 miliar atau setara Rp5.966 triliun (asumsi kurs Rp14.902 per dolar AS) pada akhir Juli 2022. Angka tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya, US$403.6 miliar atau Rp6.014 triliun.

Tak hanya itu, data dari BI mencatat surplus perdagangan pada Januari-Agustus 2022 mencapai US$34,92 miliar. Sementara secara bulanan neraca dagang RI surplus US$5,76 miliar. Realisasi itu lebih tinggi secara bulanan dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,23 miliar. Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$27,91 miliar atau naik 9,17 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$25,56 miliar. Sementara nilai impor cuma US$22,15 miliar atau naik 3,77 persen dari posisi sebelumnya yang sebesar US$21,35 miliar. Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,71 miliar atau naik 25,59 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,37 miliar. Begitu juga dengan ekspor nonmigas terlihat naik 8,24 persen dari US$24,19 miliar menjadi US$26,19 miliar.

Berdasarkan sektor, ekspor migas naik 25,59 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 16,99 persen, industri pengolahan naik 13,49 persen, serta pertambangan turun 6,66 persen. Terlepas dari data tersebut, Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Chatib Basri memprediksi Indonesia aman dari resesi pada 2023. Kendati demikian, ia memprediksi ekonomi Indonesia tahun depan akan melambat dibandingkan tahun ini. "Saya melihat bahwa kalau risiko dari resesi sepertinya tidak, tetapi pertumbuhan kita mungkin akan melambat dibandingkan 2022," ujarnya di Investor Daily Summit Chatib mengatakan ke depan ekonomi Indonesia akan mengalami tantangan yang berat. Pada 2023, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen.

Ia menambahkan perlambatan ekonomi global bakal berdampak pada penurunan ekspor berbagai negara termasuk Indonesia. Namun, karena rasio ekspor Indonesia terhadap PDB hanya 35 persen maka dampaknya akan terbatas. Jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki rasio ekspor terhadap PDB lebih besar seperti Malaysia dan Singapura, maka Indonesia ia nilai lebih aman dari dampak perlambatan ekonomi global. "Jadi secara relatif sebetulnya Indonesia stand out dibandingkan banyak negara di dunia," ujarnya.(iv)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]