Tingkat adopsi kendaraan listrik di Indonesia tengah didorong oleh berbagai pemangku kepentingan. Namun dalam pelaksanaannya hal ini menghadapi sejumlah tantangan. Managing Director Electrum Patrick Adhiatmadja menilai, setidaknya terdapat tiga aspek utama yang menjadi tantangan adopsi kendaraan listrik, khususnya motor listrik, di Indonesia, yakni infrastruktur, suplai produk, dan ketersediaan fasilitator. Untuk aspek infrastruktur, ini berkaitan dengan jarak tempuh motor listrik. Patrick menyebutkan, rata-rata motor listrik memiliki baterai yang mampu menempuh jarak maksimal 100 kilometer (km).
Dilansir dari laman kompas.com. "Kalau kita kembali mitra Gojek, heavy duty user, average distance per hari 125-150 km per hari, dan ini tidak cukup," kata Patrick, dalam sesi diskusi panel Ecosystem Collaboration The Future of Public Transportation di Sustainable Transportation Forum 2022, di Nusa Dua, Bali, dikutip Senin (24/10/2022). Menurut dia, opsi utama yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai motor listrik ialah dengan menukarkan baterai di stasiun penukaran baterai kendaraan listrik. Dengan opsi ini, pengendara tidak perlu memakan waktu lama untuk mengisi ulang baterainya.
Oleh karenanya, diperlukan infrastruktur berupa stasiun penukaran baterai kendaraan listrik yang memadai untuk dapat mendukung adopsi motor listrik secara masif. "Kenapa enggak mengadopsi sistem charging? Di Indonesia masih ada sedikit kendala, kalau misalnya mengendarai harus kembali ke rumah, di rumah rata-rata listrik di bawah 1.300 watt, sedangkan charge baterai minimum 500-700 watt," tuturnya. Lebih lanjut Patrick bilang, tantangan lain yang dihadapi dalam adopsi motor listrik ialah berkaitan dengan kurangnya produk dan kecocokan harga motor listrik. Saat ini, di Indonesia dinilai belum terdapat produk motor listrik yang harganya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
"Kalau ada yang low price tentunya performancenya tidak bisa memenuhi kebutuhan. Kalau yang performance-nya bagus harganya mahal," ujar dia. Terakhir, adopsi motor listrik menghadapi tantangan terkait fasilitator. Layanan seperti servis serta pembiayaan motor listrik di Tanah Air masih minim. Dengan masih barunya industri motor listrik, layanan servis pasca penjualan pun masih terbatas. Ini membuat pengendara berpikir dua kali untuk membeli motor listrik. "Kendaraan listrik karena belum ada track record cenderung belum banyak disediakan lembaga pembiayaan, ini juga menyebabkan tumbuhnya tidak secepat yang kita harapkan," ucap Patrick.(iv)