J.P.Morgan: Ada 'Cahaya' dari Gelapnya 2023


Rabu,30 November 2022 - 09:02:15 WIB
J.P.Morgan: Ada 'Cahaya' dari Gelapnya 2023 sumber foto cnbcindonesia.com

J.P.Morgan mengatakan bahwa pasar saham pada 2023 tidak segelap yang diperkirakan saat ini. Terdapat tiga katalis positif yang mampu membalikan pasar dari bearish pada 2022 menjadi bullish tahun depan. Pasar saham dinilai sudah mengantisipasi resesi pada 2023. Terlihat dari penurunan masif indeks saham, seperti S&P500 yang telah turun hingga 25%. Menurut catatan J.P.Morgan, secara historis tingkat penurunan tersebut akan berbalik pada tahun berikutnya. Kecuali pada 1950, krisis keuangan 2008, dan buble dot com pada 2000. Akan tetapi tidak semua jenis saham yang dianggap menarik oleh bank investasi Amerika Serikat tersebut. J.P.Morgan lebih menjagokan value stock dibandingkan growth stock.

Dilansir dari laman cnbcindonesia.com. Alasannya adalah saham-saham yang tergolong growth stock valuasinya masih mahal ketimbang value stock yang dianggap mulai atraktif saat ini. "Kami memiliki keyakinan yang lebih kuat bahwa value stock akan lebih tinggi pada akhir tahun 2023 daripada yang kami lakukan untuk growth stock yang masih terlihat mahal," tulis J.P.Morgan dalam risetnya. Adapun risiko pasar saham 2023 adalah ekspektasi penurunan pendapatan karena perlambatan ekonomi global. Dana Moneter Dunia (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 sebesar 2,7%. Pencapaian ini turun dari 2022 sebesar 3,2% dan 2021 sebesar 6%.

Penurunan harga saham tampaknya mulai merefleksikan kondisi pendapatan perusahaa yang berpotensi turun ke depan. "Ini mendukung pandangan kami bahwa pasar sudah mempertimbangkan berita yang lebih buruk daripada perkiraan perkiraan pendapatan konsensus," ujar J.P.Morgan. Ada peluang penuruanan harga saham akan lebih terbatas yakni saat perkiraan pendapatan yang turun sesuai dengan perkiraan. Setelah penurunan harga saham mulai 'ngerem', titik balik akan segera tiba dan membuat J.P.Morgan yakin bahwa saham akan bullish tahun depan. "Secara keseluruhan, meskipun kami tidak menyebutkan batas bawah untuk pasar saham, menurut kami risiko vs. imbalan untuk ekuitas pada tahun 2023 telah meningkat, mengingat penurunan pada tahun 2022. Dengan cukup banyak berita buruk yang telah diperhitungkan, menurut kami potensi penurunan lebih lanjut lebih terbatas dibandingkan pada awal tahun 2022," tulis J.P.Morgan.

"Yang penting, kemungkinan bahwa saham akan lebih tinggi pada akhir tahun depan telah cukup meningkat untuk menjadikannya kasus dasar kami," tambahnya. Saham dengan pembagian dividen yang rutin dapat menjadi pegangan investor menghadapi tahun bergejolak pada 2023. Pembayaran dividen mampu mengkompensasi kerugian dari turunnya harga saham. Mungkin juga sebagai penambah kekayaan dari portfolio yang bertahan. Sehingga dividen menjadi safety net bagi investor ketika ekonomi dalam ketidakpastian. Saham dividen berpotensi memiliki performa yang baik pada 2023 karena menjadi pilihan investor.

"Kesimpulannya, meskipun kami berekspektasi lingkungan ekonomi makro yang menantang di tahun 2023 dan ke bawah revisi pendapatan perusahaan, kami pikir saham pendapatan bisa memiliki tahun yang baik dengan dividen terbukti lebih tangguh daripada pendapatan," kata J.P Morgan. Terdapat tiga katalis utama yang dapat menopang saham lebih baik pada 2023 menurut J.P.Morgan. Berbagai katalis tersebut menginidkiasikan bahwa era inflasi tinggi akan segera mencapai puncak kemudian mereda meskipun belum berada di level yang ideal. Pertama, Bank sentral dunia berhenti menaikkan suku hunga. The Fed dan bank sentral besar lainnya bertekad untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi guna mengurangi tekanan inflasi. Maka terjadilah kenaikan suku bunga acuan secara agresif pada 2022.

Saat ini tanda-tanda perlambatan aktivitas ekonomi dan potensi kembalinya produksi di China diharapkan mampu membuat inflasi reda. Namun untuk lebih memastikan bahwa masalah inflasi tinggi di dunia benar-benar telah selesai, tekanan upah karena pasar tenaga kerja yang ketat juga harus diselesaikan. Kondisi lowongan kerja di beberapa wilayah melebihi jumlah pengangguran yang ada sehingga perlu diperhatikan. Perekrutan dan pemberhentian pekerjaan sudah bergulir dan, mengingat gaji yang lebih tinggi adalah salah satu alasan paling umum bagi orang untuk pindah pekerjaan, J.P.Morgan melihat ini sebagai tanda bahwa pertumbuhan upah seharusnya meredakan.

Dengan asumsi inflasi utama dan inflasi upah mereda, J.P.Morgan melihat suku bunga AS naik menjadi sekitar 4,5% - 5,0% pada kuartal pertama 2023 dan berhenti di sana. "ECB juga diperkirakan akan berhenti di 2,5% -3,0% pada kuartal pertama. Bank of England mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mencapai puncaknya, mengingat inflasi kemungkinan akan terbukti lebih lengket di Inggris. Kami melihat tingkat bunga Inggris puncak 4,0% -4,5% pada kuartal kedua," ungkap J.P.Morgan. Kedua, China yang masih berkutat dengan virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) memiliki kebijakan Zero Covid yang membuat prospek ekonomi tidak jelas.

Kan tetapi J.P.Morgan melihat kebijakan tersebut tidak terlalu lama diterapkan karena dampaknya ekonomi China akan melambat. Sehingga diperkirakan aktivitas China akan mengalami percepatan karena permintaan yang terpendam dilepaskan. Sementara waktu perubahan kebijakan masih belum pasti, kinerja pasar telah menyoroti betapa sensitifnya investor terhadap tanda-tanda perubahan pendekatan.

Normalisasi ekonomi Tiongkok dapat secara signifikan mengurangi gangguan rantai pasokan yang telah berkontribusi terhadap kenaikan inflasi barang dengan cepat. "Meskipun rebound pertumbuhan di China juga dapat mendorong permintaan komoditas global, penilaian kami adalah bahwa secara seimbang hal ini merupakan pendorong lain dari penurunan inflasi di 2023," tulis J.P.Morgan dalam risetnya. Ketiga, Eropa mampu mengatasi krisis energi dengan baik karena pemenuhan cadangan gas untuk dipakai selama musim dingin.

Eropa berhasil mengisi tangki gasnya selama musim panas, sebagian besar menggantikan gas Rusia dengan gas alam cair dari AS. Sejak saat itu, Eropa mengalami keberuntungan dengan musim gugur yang sangat sejuk dan, akibatnya, memasuki tiga bulan musim dingin utama dengan tangki penyimpanan yang hampir penuh. Sehingga tekanan krisis energi berkurang dan dapat menurunkan tingkat inflasi yang disetir oleh lonjakan harga energi.

(iv)


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]