Deret Bencana di Banyak Daerah: Banjir, Gempa, Hingga Longsor


Selasa,19 Januari 2021 - 09:52:39 WIB
Deret Bencana di Banyak Daerah: Banjir, Gempa, Hingga Longsor sumber foto cnnindonesia.com

Rentetan bencana alam terjadi Indonesia pada awal tahun 2021. Tak hanya menimbulkan korban jiwa, bencana tersebut juga membuat puluhan hingga ratusan ribu orang harus mengungsi. Dilansir dari laman cnnidonesia.com yang sudah merangkum beberapa bencana alam yang terjadi hingga pertengahan Januari ini.

1. Longsor Sumedang, Jawa Barat

Longsor terjadi di Desa Cihanjuang, Sumedang pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 16.45 WIB. Selang beberapa jam setelahnya, longsor susulan kembali terjadi sekitar pukul 19.30 WIB. Dalam keterangan tertulis, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan longsor itu disebabkan interaksi pergerakan tanah dan curah hujan yang tinggi.

Lokasi longsor tersebut merupakan perbukitan bergelombang yang berada di ketinggian 700-750 meter di atas permukaan laut. Sementara permukiman berada di bawah lereng yang longsor. "Kemiringan lereng yang agak terjal hingga terjal. Pelapukan breski dan tufa yang mudah meloloskan air dan di bawahnya merupakan lapisan kedap air sehingga berfungsi sebagai bidang gelincir," kata Kepala PVMBG Kasbani dalam keterangannya, Minggu (10/1).

Hingga Senin (18/1), total korban meninggal dunia akibat longsor di Sumedang itu berjumlah 38 orang. Sementara ada 2 orang lainnya yang masih dalam pencarian. Bencana itu juga mengakibatkan 29 rumah rusak, 26 di antaranya rusak berat dan ribuan orang mengungsi.

2. Banjir di Berbagai Daerah

Empat hari usai longsor di Sumedang atau tepatnya pada Rabu (13/1), bencana banjir terjadi di Kalimantan Selatan. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Minggu (17/12), sebanyak 10 Kabupaten/Kota terdampak bencana itu.

Kabupaten/kota tersebut antara lain Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola.

Data sementara yang dihimpun BNPB, korban meninggal dunia akibat peristiwa itu sebanyak 15 orang, hingga 112.709 orang mengungsi. Saat meninjau lokasi, Presiden Jokowi menyampaikan banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi, sehingga Sungai Barito tak mampu menampung air hujan yang mengguyur Kalsel.

"Saya meninjau banjir ke Provinsi Kalimantan Selatan yang terjadi di hampir 10 kabupaten dan kota ini adalah sebuah banjir besar yang mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan," kata Jokowi di Kabupaten Banjar, Kalsel, Senin (18/1).

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai bencana alam itu tidak terlepas dari kerusakan lingkungan. Walhi mencatat dari 3,7 juta hektar total luas lahan di Kalsel, hampir 50 persen di antaranya sudah dikuasai perusahaan tambang dan kelapa sawit.

"(Bencana di Kalsel) terulang terus. Kalau hujan banjir, kalau kemarau kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah masih gagap dan gagal untuk menanggulanginya," kata Direktur Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (15/1).

Selain di Kalsel, pada Sabtu (16/1), banjir dan longsor terjadi di Manado, Sulawesi Utara. BNPB mencatat ada sembilan kecamatan yang terdampak banjir dan longsor itu serta enam orang meninggal dunia. Banjir juga terjadi di Kabupaten Lamongan dan Sidoarjo, Jawa Timur, Kabupaten Pidie, Aceh, hingga Kota Cirebon, Jawa Barat.

3. Gempa di Sulawesi Barat

Pada Kamis (14/1) hingga Jumat (15/1), gempa mengguncang Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan gempa yang terjadi itu merupakan fenomena gempa dangkal.

Kepala BMKG Dwikorita menyampaikan pusat gempa berada di 6 kilometer (km) laut Majene dengan kedalaman 10 km. "Dengan memperhatikan lokasi episenter, gempa bumi ini kita kategorikan adalah gempa dangkal akibat dari aktivitas sesar atau patahan lokal yang ada di sana," kata dia, Jumat (15/1).

BNPB melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa itu mencapai 84 orang per Senin (18/1). Sebanyak 679 orang mengalami luka ringan dan 253 orang luka berat. Pasca-gempa, BNPB juga mencatat sebanyak 19.435 jiwa mengungsi. Jumlah itu terbagi di Kabupaten Majene 4.421 jiwa dan di Kabupaten Mamuju terdapat 15.014 jiwa.

4. Aktivitas Gunung Api

Gunung Semeru di Jawa Timur mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak luncur kurang lebih 4,5 kilometer pada Sabtu (16/1) pukul 17.24 WIB. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan terlihat asap meluncur ke arah tenggara berdasarkan laporan pengamatan visual sementara.

Asap itu, katanya, diduga berasal dari dari kawah Jonggring Kaloko berwarna kelabu pekat dalam volume yang besar. Sedangkan untuk hujan abu vulkanik mengarah ke utara sesuai arah angin. Pasca kejadian itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau warga untuk waspada potensi bahaya erupsi Semeru.

"Potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu (16/1) malam.

Dia menjelaskan potensi ancaman bahaya lain dari gunung dengan ketinggian 3.676 mdpl itu berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.

Selain Semeru, pada Senin (18/1), Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY juga kembali mengeluarkan awan panas guguran dengan tinggi kolom 50 meter dari puncak gunung. Muntahan Merapi itu meluncur ke arah barat daya atau Kali Krasak sejauh kurang lebih 1.000 meter, pada pukul 05.43 WIB.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui cuitan di akun twitter @BPPTKG melaporkan, fenomena awan panas tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 112 detik. Hingga saat itu, status Gunung Semeru berada di level 2 atau waspada, sementara Gunung Merapi berada di level 3 atau siaga.

Peringatan BMKG

Saat memberikan keterangan pers pada Jumat (15/1), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan ada potensi multibahaya akibat cuaca ekstrem dan bencana alam, baik gempa bumi maupun tsunami yang diprediksi terjadi di Januari-Feburari 2021.

"Saat ini potensi multibahaya baik gempa bumi, tsunami, atau cuaca ekstrem, di darat, laut, udara, sesuai hasil prediksi tampaknya masuk di Januari dan masih berjalan hingga Februari," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/1).

Dwikorita menegaskan, dalam skenario terburuk, fenomena kegempaan bisa terjadi bersamaan dengan cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. "Ada peluang itu terjadi bersamaan, yaitu ada cuaca ekstrem dan ada gempa, semoga itu tidak terjadi," ucap Dwikorita. (GA)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]