Kampung Zapin adalah identitas yang disandang Desa Meskom. Desa yang berada di ujung paling barat dari Kota Bengkalis, sebelum Desa Perapat Tunggal.
Desa Meskom yang berjarak sekitar 13 kilometer dari Kota Bengkalis ini juga punya sejarah panjang. Dengan identitasnya sebagai "Kampung Zapin" tadi karena identik dengan tarian zapin tradisi yang masih bertahan hingga sekarang sehingga banyak pengunjung datang ke desa ini baik untuk menyaksikan persembahan tari tradisional bernuansa Islami maupun sebagai tugas yang diembannya.
Ada pelajar, mahasiswa, bahkan dosen yang datang dari Pekanbaru, Yogjakarta, Singapura, Malaysia, dan negara lainnya karena di Desa Meskom inilah mereka bisa mendapatkan informasi tentang Tari Zapin Tradisional tadi.
Saat ini ada 7 sanggar Tari Zapin yang aktif di Desa Meskom ini. Tahun 1993 sanggar tari Saidul Anam berdiri, saat mau berangkat ke Johor mengikuti helat zapin sanggar ini berganti nama menjadi sanggar Yanurbih merupakan singkatan dari Yazid Muhammad Nur Ebih adalah nama tiga orang tokoh zapin yang mulai mengenal zapin sejak zaman penjajahan Belanda dulu lagi. Yazid adalah nama lengkap dari Muhammad Yazid Tomel maestro zapin Meskom yang diterimanya sebelum kembali menghadap Illahi pada Kamis, 23 September 2010 lalu dan bersemayang tenang di sisi makam isterinya Memah yang hanya berjarak beberapa bulan sebelum M. Yazid pergi buat selama-lamanya.
Patah tumbuh hilangkan berganti inilah realitas hari ini sebab dengan 7 sanggar tari Zapin Tradisi yang aktif di Desa Meskom ini terdiri dari sanggar kaum muda, remaja putri, kaum tua, dan gabungan berbagai usia yaitu sanggar "Sayang Bengkalis" yang dibina Muhammad Zainuddin yang berusia 65 tahun.
Jum'at (31/03) malam ba'da Isya KR menyambangi tempat latihan tari zapin tradisi sanggar Sayang Bengkalis, tepatnya di halaman samping rumah Muhammad Zainuddin yang biasa disapa Bang Zai. Para penarinya terdiri dari berbagai usia, ada pelajar SD, SLTP, SLTA, maupun yang telah berkeluarga.
Petikan gambus Abdurrahman (45 tahun) menyejukkan hati yang mendengar, tengkah markas indah bersahutan, dan langkah kaki penari penuh makna semuanya berisi pesan religi.
"Semoga generasi anggota sanggar Sayang Bengkalis ini dapat meneruskan tarian zapin tradisional sehingga kekal sepanjang zaman, "ungkap Zainuddin lirih.
Zainuddin lelaki paruh baya yang masih bugar ini juga melatih tari di daerah lain.Peenah di Dumai, Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti dan pernah menjadi dosen terbang di Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) pada 2003 lalu. Sejak 1993 beliau juga membuat beberapa lagu, diantara yang populer lagu Sayang Bengkalis, Laksamana, dan Yahdana. Pengembangan gerak baru tari Zapin juga muncul ke instingnya, Terpijak Bara, Angguk Mengangguk, Berbalik Pusing adalah diantara gerak ciptaannya.
"Penambahan gerak tidak kita fokuskan karena pertimbangan durasi dalam festival zapin cuma tujuh menit dan lagi dengan gerak yang ada sudah memadai untuk latihan masa ini. Tapi penciptaan atas gerak maupun lagu ianya datang dengan sendirinya di fikiran saya, "terang Muhammad Zainuddin lagi.
Muhammad Zainuddin menyimpan sebuah mimpi kecil di sudut hati "Kami ingin dibangun museum zapin di Desa Meskom ini. Di museum itu ada ruang M. Yazid, ruang dokumentasi, dan tempat persembahan yang semuanya adalah sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, "ungkapnya mengutip sebuah kalimat lama.
Muhammad Zainuddin tidak mengejar keduniaan dalam mempertahankan tari Zapin Tradisi ini. Alhamdulillah, keadaan berkata lain sebab dengan kegigihannya melanjutkan zapin Yanurbih ini mengantarkannya ke Itali tahun 2002 lalu, Singapore, Malaysia, Bandung, Jakarta, dan beberapa daerah lainnya.
"Sejak kelas V SD lalu saya mengikuti latihan tari zapin ini, pernah ikut menari dalam Festival Zapin Tradisional tingkat Kabupaten Bengkalis 2015 Alhamdulillah sanggar Sayang Bengkalis mendapat juara II. Ikut latihan di sini adalah kemauan saya sendiri kebetulan kakak saya juga bergabung di Sanggar Sayang Bengkalis, "ungkap Muhammad Rasyid siswa kelas X Mts Tajhis Diniyah Meskom.
Malam pun semakin larut, para penari perempuan dan usia SD telah pun pulang ke rumahnya masing-masing. Kopi hitam yang terhidang kini hanya tinggal baiknya saja, KR pamit kepada Tokoh Zapin Tradisi yang murah senyum. Sepanjang perjalanan, tepatnya di samping gerbang permanen "Kampung Zapin" masih terdapat lahan kosong tempat menganyam mimpi "Museum Zapin". Janganlah menunggu esok mulailah hari ini.(*)
Parl-3180