Rupiah Berpeluang Lesu pada Rabu 3 Agustus 2022


Rabu,03 Agustus 2022 - 10:51:40 WIB
Rupiah Berpeluang Lesu pada Rabu 3 Agustus 2022 sumber foto liputan6.com

Pada perdagangan Selasa (2/8/2022) Rupiah ditutup melemah 16 poin walaupun sempat menguat di level Rp 14.889. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.873. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 3 Agustus 2022.

Dilansir dari laman liputan6.com. "Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.870 hingga Rp 15.000," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (2/8/2022). Secara internal, gerak rupiah dipengaruhi, kebijakan moneter suatu negara, khususnya Indonesia didasarkan kepada inflasi inti dan pertumbuhan ekonomi.

Ibrahim menjelaskan, pondasi utama kebijakan suku bunga didasarkan pada perkiraan inflasi inti ke depannya, dan juga keseimbangan dengan pertumbuhan ekonomi. "Selain itu, Bergejolaknya ekonomi luar negeri juga dipertimbangkan, termasuk kenaikan suku bunga di AS,” ujar Ibrahim.

Kebijakan suku bunga didasarkan pada proyeksi inflasi inti dan pertumbuhan ekonomi, karena inflasi inti mencerminkan permintaan dan penawaran. Dengan demikian, tidak secara otomatis jika suku bunga negara lain naik, maka suku bunga Indonesia juga ikut naik. Semuanya tergantung pada kondisi ekonomi di dalam negeri. Jika dilihat dari inflasi yang ada saat ini, inflasi IHK adalah 4,94 persen, ini hampir sama dengan perkiraan Bank Indonesia pada Juli 4,89 persen. Sedangkan, inflasi harga pangan pada Juli adalah 11,47 persen (yoy).

Hal ini karena adanya gangguan pasokan dari global, yang berdampak terhadap harga pangan serta faktor cuaca dan musiman di dalam negeri. Inflasi inti yang mencerminkan kekuatan dari permintaan dan penawaran masih sangat rendah. Pada Juli, inflasi inti berada di angka 2,86 persen, lebih rendah dari yang diperkirakan Bank Indonesia yaitu 2,99 persen.

Sementara itu, BI memperkirakan tingkat inflasi nasional pada 2022 akan mencapai kisaran 4,5 hingga 4,6 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 4,2 persen.  Sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 berpotensi bias ke bawah pada kisaran perkiraan tahun ini sebesar 4,5 hingga 5,3 persen.

Indeks Dolar AS Menguat

Sementara itu, Dolar AS menguat pada perdagangan Selasa (2/8/2022). Investor mempertimbangkan kemungkinan Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga seagresif yang diperkirakan beberapa orang. Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin persentase. Langkah itu terjadi di atas kenaikan 75 basis poin bulan lalu dan pergerakan yang lebih kecil pada Mei dan Maret, dalam upaya bank sentral AS untuk mendinginkan inflasi.

Investor juga menonton berita tentang kunjungan yang diharapkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Pelosi dijadwalkan mengunjungi Taiwan pada Selasa, Reuters melaporkan, mengutip tiga sumber. Amerika Serikat mengatakan tidak akan terintimidasi oleh ancaman China untuk tidak pernah "duduk diam" jika dia melakukan perjalanan ke pulau berpemerintahan sendiri yang diklaim oleh Beijing.

Para pejabat AS memperingatkan Beijing dapat menanggapi dengan tindakan militer terhadap pertemuan itu. Ini adalah sebuah langkah yang kemungkinan besar akan memperburuk hubungan Tiongkok-AS secara substansial. Hubungan antara Washington dan Beijing sudah berada pada titik terendah karena hubungan yang terakhir dengan Rusia.

Gerak Rupiah saat Pembukaan

Sebelumnya, nilai tukar rupiah dibuka melemah pada Selasa pagi karena masih tertekan data inflasi Juli 2022 yang dirilis pada awal pekan kemarin. Kurs rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.880 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.873 per dolar AS.

"Rupiah mengalami tekanan setelah rilis data inflasi Indonesia yang mencapai 4,94 persen secara year on year," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Selasa. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,64 persen pada Juli 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,09 pada Juni menjadi 111,8 pada Juli.

Penyumbang inflasi pada Juli utamanya berasal dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai rawit. Dengan terjadinya inflasi pada Juli, maka inflasi tahun kalender Juli 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 3,85 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 4,94 persen.

Inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen (yoy) merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015 yakni pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25 persen (yoy). "Walaupun begitu, tingginya inflasi ini dinilai masih cukup aman karena kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik," ujar Revandra.

Kurs Dolar AS

Di sisi lain, lanjut Revandra, rupiah masih memiliki peluang penguatan mengingat indeks dolar AS mengalami pelemahan. "Indeks dolar melemah setelah Ketua The Fed memberikan indikasi bahwa The Fed tidak akan lebih agresif setelah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pekan lalu," kata Revandra.

Revandra memprediksi hari ini rupiah bergerak di kisaran 14.820 per dolar AS hingga 14.920 per dolar AS. Pada Senin (1/8), rupiah ditutup ditutup melemah 39 poin atau 0,26 persen ke posisi 14.873 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.834 per dolar AS. (RF)

 

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]