Baca Baik-baik! Nih Ramalan Terbaru Soal Ekonomi Dunia


Senin,05 Desember 2022 - 11:03:13 WIB
Baca Baik-baik! Nih Ramalan Terbaru Soal Ekonomi Dunia sumber foto cnbcindonesia.com

Tensi perang geopolitik masih akan membawa dampak bagi perekonomian global di tahun depan. Ekonomi global diperkirakan justru akan semakin melemah di tahun 2023. Sejumlah kalangan mengungkapkan salah satu pemicu ekonomi global melemah pada tahun depan adalah pengetatan kebijakan moneter yang agresif di belahan negara maju, terutama di Amerika Serikat.

Dilansir dari laman cnbcindonesia.com. "Korban paling jelas dari suku bunga yang lebih tinggi adalah pasar real estate di AS di mana investasi perumahan akan anjlok dan memberikan hambatan besar pada pertumbuhan ekonomi," jelas UOB dalam Quarterly Global Outlook Q1 2023, dikutip Senin (5/12/2022). Ekonomi AS diperkirakan akan jatuh ke dalam jurang resesi, dengan ekonomi melemah atau -0,5% pada keseluruhan tahun di 2023. Kemudian tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam tersebut akan mencapai 4,5% pada 2023 akibat peningkatan inflasi dan pertumbuhan ekonomi global.

Sementara negara-negara di kawasan Eropa, pertumbuhan ekonominya diperkirakan juga akan mengalami -0,5%, begitu juga di Inggris yang diperkirakan pertumbuhan ekonominya -0,5%. "Kami menilai resesi AS akan terjadi pada paruh pertama tahun 2023, karena kami memproyeksikan the Fed mencapai tingkat terminalnya 5% pada kuartal I-2023 dan akan bertahan hingga sisa tahun kuartal I-2024," jelas UOB. Kendati demikian, kebijakan suku bunga The Fed diperkirakan memasuki phase kenaikan yang lebih lambat, namun masih akan menaikkan suku bunga kebijakannya jauh lebih tinggi di atas 5%.

"Kita kemudian harus menerima adanya dampak yang lebih negatif pada permintaan agregat dan pada gilirannya, kemungkinan resesi AS yang lebih dalam/berkepanjangan sebagai konsekuensinya," kata UOB lagi. Faktor risiko lainnya termasuk risiko stabilitas keuangan akibat pengetatan kondisi keuangan dan potensi disfungsi pasar pendanaan global dan eskkalasi lebih lanjut dalam perang di Ukraina. Banyak ekonom di berbagai belahan dunia menganggap Covid-19 bukan lagi sebagai risiko penurunan pertumbuhan.

Di Asia selain China, pelemahan pertumbuhan ekonomi akan lebih disebabkan karena ekspor yang melemah. Namun, kawasan ini berada di tengah dinamika pembukaan kembali yang kuat. Laju pariwisata dan kegiatan acara di luar ruangan akan melonjak, dan ini juga yang akan menjadi pemicu naiknya laju inflasi di kawasan Asia. DBS memperkirakan pertumbuhan ekonomi di ASEAN akan melemah menjadi 4,8% (year on year) tahun depan, lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun ini yang mencapai 5,8%.

Laju inflasi di AS yang mencapai 7,7% (year on year) menurut UOB tampaknya telah menunjukkan inflasi telah mencapai puncaknya. Selanjutnya, laju inflasi global yang bersumber dari inflasi inti diperkirakan akan mereda pada 2023, namun kemungkinan masih pada rata-rata pada sasaran 2%. AS kemungkinan mencapai rata-rata inflasi sebesar 3% pada 2023. "Keseimbangan risiko inflasi tetap naik, dan biaya hidup di AS masih akan tinggi secara material, tercermin dari kenaikan biaya makanan dan tempat tinggal. Inflasi jasa akan tetap tinggi di tengah banyaknya permintaan," jelas UOB.

Adapun risiko dan beberapa potensi guncangan inflasi, serta putaran baru kenaikan harga energi global, gangguan baru dalam rantai pasokan, dan dampak berkelanjutan dari konflik Rusia-Ukraina, dan ancaman wage-price spiral masih akan membayangi. Dalam laporan terpisah, DBS mengungkapkan inflasi harga pangan dan energi, serta biaya hidup telah menjadi masalah tahun ini di negara-negara kawasan Asia.

Kendati demikian, kenaikan inflasi secara keseluruhan tidak sedramatis seperti di negara-negara industri. Tekanan upah dapat diredam, karena pemulihan dari pandemi Covid-19 yang terbilang terlambat, juga karena kesenjangan output yang masih lebar. Sangat kontras dengan perkembangan ekonomi di Barat.

Selain itu, di banyak negara di Asia, harga listrik, bahan bakar dan makanan belum sepenuhnya terpengaruh oleh harga internasional. "Karena pemerintah dan otoritas menggunakan pengendalian harga, menggelontorkan subsidi dan langkah-langkah insentif pajak untuk meredakan dampaknya," jelas DBS. Secara umum, ekspektasi inflasi di kawasan Asia tidak akan terpengaruh oleh lonjakan harga di tahun ini, hal ini juga dengan melihat dari perkembangan historis yang ada.


(iv)


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]