Dolar Bisa Turun ke Rp 12.000


Senin,07 Maret 2016 - 11:04:48 WIB
Dolar Bisa Turun ke Rp 12.000 (foto: int)

Arus modal asing yang mengalir begitu deras ke Indonesia, membuat pasar keuangan dalam negeri bergeliat. Nilai tukar rupiah juga makin perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan akhir pekan lalu, dolar AS bahkan sampai ke level Rp 13.084. Hanya sedikit lagi bisa bergerak ke kisaran Rp 12.000. Secara kasat mata, semua orang akan terlihat bahagia. Sebab perekonomian seakan-akan pulih lebih cepat, dan investor memupuk optimisme tinggi terhadap Indonesia. Tapi hati-hati dengan fenomena ini.

“Ini bukan fenomena baru, karena terjadi di 2010. Memang tidak bisa disalahkan, kalau terjadi sekarang orang di kita pasti happy-lah. Karena semua seolah-olah menjadi baik,” kata Chatib Basri, Visiting Fellow, University of California, San Diego, Senin (7/3/2016) seperti dimuat detik.com.

Cerita lama yang terulang kembali, bukan hanya dari kabar bahagianya saja, namun juga risiko. Jumlah dana asing yang masuk dalam dua bulan pertama di 2016 mencapai Rp 35 triliun. Sehingga pergerakan dolar ke kisaran Rp 12.000 bahkan lebih sangat dimungkinkan.

Dana tersebut masuk ke portfolio investasi di sektor keuangan, yang artinya bisa masuk dan bisa juga keluar kapan saja. Bergantung kepada pemilik dana. Di mana kecenderungan dana tersebut selama ini sangat labil, ketika pasar keuangan sedikit terguncang maka buru-buru keluar. “Itu adalah risiko, terserah mereka kan untuk keluar masuk kapan saja,” jelasnya.

Saat rupiah menguat terlalu dalam, maka konsekuensinya adalah barang ekspor akan tidak kompetitif. Apalagi dengan posisi China dengan ekonomi yang melemah dan membuat permintaan barang terus menurun. Begitu juga dengan harga komoditas. 

Menurut Chatib, ekspor Indonesia bisa akan semakin melemah. Di sisi lain impor justru meningkat. Karena pemerintah yang sangat gencar dalam pembangunan. Sementara bahan baku dan barang modal berasal dari negara lain. Belum lagi pembangunan dari pihak swasta. 

Pada saat yang sama, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berada dalam situasi yang sepertinya kurang baik. Defisit anggaran diperkirakan akan melebar, seiring dengan realisasi penerimaan pajak yang jauh dari target.

“Akhirnya defisit transaksi berjalan akan naik ke atas 3% terhadap PDB. Investor yang tadinya happy akan kembali kaget dan menyebutkan ekonomi Indonesia memburuk,” papar mantan Menteri Keuangan tersebut.

Faktor eksternal bisa memperburuk keadaan. Menurut Chatib, AS tidak mungkin bertahan dengan suku bunga sekarang. Bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga, agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga penempatan dana penisun tetap menguntungkan.

Maka dana asing yang tadinya mengalir deras masuk ke Indonesia bisa berbalik (capital outflow). Seperti yang terjadi sejak 2013 hingga akhir 2015, di mana banyak orang menyebut dana pulang ke kampung halamannya. Rupiah pun akan kembali melemah. “Kalau ini terjadi bersamaan itu kita akan mengalami cerita seperti pada 2013,” tegasnya.(*)

Parl-3180


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]