9 Jenis Vaksin Covid-19 yang Dapat Izin dari BPOM


Jumat,10 September 2021 - 14:50:02 WIB
9 Jenis Vaksin Covid-19 yang Dapat Izin dari BPOM sumber foto lifestyle.bisnis.com

Jumlah kebutuhan vaksin menangani pandemi Covid-19 demi mencapai herd immunity di Indonesia sangat besar. Simak 9 jenis vaksin Covid-19 yang telah mendapat izin darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Untuk itu, pemerintah mengupayakan ketersediaan vaksin dari berbagai sumber.

Dilansir dari laman lifestyle. Bisnis.com, jalur yang terbanyak, yaitu melalui kerja sama dengan negara lain atau organisasi kesehatan skala internasional. Saat ini, tercatat ada 9 jenis vaksin yang telah mendapat Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) oleh BPOM.

Vaksin-vaksin tersebut, yaitu CoronaVac (Sinovac), Vaksin Covid-19 Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Sputnik V, Janssen, dan Convidecia (CanSino). Melansir situs pom.go.id, Berikut penjelasan singkat tentang 9 jenis vaksin Covid-19 yang telah mendapat izin atau EUA dari BPOM:

1. CoronaVac Sinovac

CoronaVac (Sinovac) merupakan vaksin pertama di Indonesia. Vaksin buatan Sinovac BioTech tersebut ini hadir pada awal Januari 2021 setelah melalui studi klinik fase 3. Aspek mutu vaksin juga telah dievaluasi mencakup pengawasan mulai dari bahan baku, proses pembuatan hingga produk jadi vaksin sesuai dengan standar internasional penilaian mutu vaksin.

Sementara itu, efikasi vaksin CoronaVac memenuhi standar minimal yang ditetapkan WHO (minimal 50 persen). Hasil analisis uji klinik menunjukkan efikasi vaksin CoronaVac di Bandung sebesar 65,3 persen, di Turki 91,25 persen, serta di Brazil 78 persen. Pada uji klinik fase 3 di Bandung, data imunogenisitas menunjukkan hasil yang baik.

Jumlah subjek yang memiliki antibodi untuk melawan virus tersebut yaitu 99,74 persen setelah 14 hari penyuntikan dan 99,23 persen setelah 3 bulan. Efek samping vaksin CoronaVac hanya bersifat ringan berupa nyeri, iritasi dan sedang berupa pembengkakan sistemik, nyeri otot, demam dan gangguan sakit kepala.

2. Vaksin Covid-19 Bio Farma

Vaksin buatan Bio Farma berasal dari Sinovac China yang hadir dalam bentuk bulk kemudian diolah di Bio Farma Bandung menjadi vaksin jadi. Bio Farma sudah memiliki fasilitas produksi untuk fill and finish vaksin Covid-19.

3. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Oxford University bekerja sama dengan AstraZeneca menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (ChAdOx 1). Jenis vaksin ini diperoleh Indonesia melalui mekanisme COVAX Facility diproduksi oleh SK Bioscience Co. Ltd., Korea, dan telah masuk dalam daftar yang disetujui oleh WHO Emergency Use Listing. Sementara itu, Astra Zeneca yang didaftarkan melalui jalur bilateral adalah produksi AstraZeneca Eropa dan Siam Bio Science Thailand.

4. Sinopharm

Vaksin Sinopharm yang hadir di Indonesia pada akhir April 2021 ini merupakan hasil produksi Beijing Bio-Institute Biological Products Co. BBIBP merupakan salah satu unit dari Sinopharm yang merupakan anak perusahaan dari China National Biotec Group (CNBG).

Vaksin tersebut memiliki platform jenis vaksin Inactivated virus (virus yang diinaktivasi atau dimatikan). Di Indonesia didaftarkan dan didistribusikan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dengan nama SARS-COV-2 VACCINE (VERO CELL), INACTIVATED. Studi Klinik fase 3 yang dilakukan pada lebih dari 42.000 subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan Efikasi Vaksin COVID-19 Produksi Sinopharm sebesar 78,02 persen.

5. Moderna

Vaksin pertama yang mengembangkan platform mRNA diperoleh melalui COVAX facility yang merupakan jalur multilateral dan diproduksi oleh Moderna TX., Inc USA. Vaksin ini digunakan dengan indikasi pencegahan COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 untuk orang berusia 18 tahun ke atas dengan dosis 0,5 mL dan 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 1 (satu) bulan.

Kejadian reaksi (KIPI) yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan menggigil.

6. Comirnaty (Pfizer-BioNTech)

Vaksin Comirnaty produksi Pfizer-BioNTech juga dikembangkan dengan plaltform mRNA. Vaksin ini digunakan untuk orang berusia 12 tahun ke atas dengan dosis 0,3 mL dan 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 (tiga) minggu.

Berdasarkan data uji klinik fase 3, efikasi vaksin Pfizer pada usia 16 tahun ke atas menunjukan keberhasilan sebanyak 95,5 persen dan pada remaja usia 12-15 tahun sebesar 100 persen. Kejadian reaksi yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, dan demam. Vaksin dengan platform mRNA memiliki spesifikasi penyimpanan khusus dengan menggunakan ultra low temperature (suhu -90° sampai -60° C).

7. Sputnik-V

Sputnik-V merupakan vaksin yang dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Russia yang menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S). Vaksin ini didaftarkan oleh PT Pratapa Nirmala sebagai pemegang EUA dan bertanggung jawab untuk penjaminan keamanan dan mutu vaksin ini di Indonesia. Sputnik-V memberikan efikasi sebesar 91,6 persen (dengan rentang confidence interval 85,6-95,2 persen).

Vaksin ini digunakan dengan indikasi pencegahan Covid-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 untuk orang berusia 18 tahun ke atas. Efek samping paling umum yang dirasakan adalah gejala menyerupai flu, yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan lemas, ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi injeksi.

8. Janssen

Vaksin Janssen dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies dengan platform Non-Replicating Viral Vector menggunakan vector Adenovirus (Ad26). Vaksin ini diproduksi di beberapa fasilitas produksi, antara lain di Grand River USA, Aspen South Africa, dan Catalent Indiana, USA. Di Indonesia, vaksin ini didaftarkan oleh PT Integrated Health Indonesia (IHI) sebagai pemegang EUA dan bertanggung jawab untuk penjaminan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) lokal yang umum terjadi, antara lain nyeri, kemerahan, dan pembengkakan, serta KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala, rasa lelah, nyeri otot, mengantuk, mual, muntah, demam, dan diare.

9. Convindecia (CanSino)

Vaksin Convidecia dikembangkan oleh CanSino Biological Inc. dan Beijing Institute of Biotechnology juga dengan platform Non-Replicating Viral Vector namun menggunakan vector Adenovirus (Ad5). Vaksin ini diproduksi oleh CanSino Biological Inc, China dan didaftarkan oleh PT Bio Farma sebagai pemegang izin EUA yang akan bertanggung jawab untuk penjaminan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin ini di Indonesia.

KIPI dari pemberian vaksin Convidecia menunjukkan reaksi ringan hingga sedang sama seperti Vaksin Janssen. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C dan diperuntukkan bagi orang berusia 18 tahun ke atas, dengan pemberian sekali suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mL secara IM. (GA)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]