RI Punya Potensi 7.000 Ton Uranium, Tapi Tak Punya Teknologinya


Senin,02 Mei 2016 - 18:44:32 WIB
RI Punya Potensi 7.000 Ton Uranium, Tapi Tak Punya Teknologinya (foto: int)

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melakukan eksplorasi mineral radioaktif (bahan galian nuklir) di beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya, ditemukan sejumlah potensi uranium di beberapa tempat.

Sebelumnya, temuan potensi mineral uranium telah ditemukan BATAN berada di daerah Kalan, Melawi, Kalimantan Barat. Selain Kalan, ada beberapa daerah yang potensial lainnya memiliki kandungan uranium, seperti di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Sibolga Sumatera Utara, dan Biak Papua. BATAN menghitung besaran potensi uranium di Indonesia mencapai 7.000 ton.

Tapi sayangnya potensi itu belum bisa dimanfaatkan karena Indonesia tidak menguasai teknologi untuk membuat uranium tersebut aman digunakan dan ekonomis harganya. "Jangan cepat-cepat bangun PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir), sampai sekarang BATAN belum siap. Kita tidak menguasai teknologinya agar itu murah dan aman," kata Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Rinaldy Dalimi, di Jakarta, Senin (2/5/2016).

Rinaldy menjelaskan, penggunaan uranium pasti akan menimbulkan radiasi. Perlu teknologi tinggi untuk mengolah polusi radioaktif yang ditimbulkan uranium menjadi tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar. Bila ingin mengembangkan PLTN berbahan bakar uranium di Indonesia, BATAN harus menguasai dulu teknologi yang membuat uranium aman dan murah.

"BATAN harus kuasai teknologinya dulu, itu yang kita minta di RUEN (Rencana Umum Energi Nasional). Kita minta teknologi yang membuat itu (uranium) tidak berbahaya, kita tunggu lah," tukasnya seperti dilansir detik.com.

Selain itu, penggunaan uranium juga tidak ekonomis, rata-rata harga listrik dari PLTN mencapai di atas US$ 15 sen/kWh atau sekitar Rp 1.950/kWh (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.000), jauh lebih mahal dibanding listrik dari batu bara dan banyak sumber energi lain. 

"Harga energi nuklir itu tidak murah lagi. BATAN dan PLN sudah feasibility studies (FS) di Indonesia harganya US$ 12 sen/kWh belum termasuk biaya untuk pengolahan limbah radioaktif dan decommisioningsetelah PLTN tidak digunakan lagi," paparnya.

Karena itu, pemerintah menetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) bahwa nuklir adalah pilihan terakhir. "Kita masih punya banyak sumber energi lain yang lebih aman dan lebih murah," tutup Rinaldy.(*)

Parl-3180


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]