Awas PHK Massal Meluas! Sektor Manufaktur RI Nyaris Kontraksi


Kamis,01 Desember 2022 - 10:23:41 WIB
Awas PHK Massal Meluas! Sektor Manufaktur RI Nyaris Kontraksi sumber foto cnbcindonesia.com

Pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah melanda industri tekstil dan produk tekstil. Kini ada risiko hal tersebut akan meluas melihat sektor manufaktur yang nyaris mengalami kontraksi. S&P Global pagi ini melaporkan aktivitas sektor manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) mengalami pelambatan ekspansi yang cukup tajam. Pada November, PMI manufaktur dilaporkan sebesar 50,3, turun dari bulan sebelumnya 51.8. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atas 50 adalah ekspansi. Ketika kontraksi terjadi, maka PHK massal berisiko semakin meluas. S&P Global melaporkan penyebab penurunan tersebut terjadi akibat rendahnya demand, yang menjadi indikasi pelambatan ekonomi global, bahkan menuju resesi di tahun depan.

Dilansir dari laman cnbcindonesia.com. Akibat rendahnya demand, output juga rendah, dan tingkat perekrutan karyawan mulai melambat. Satu lagi indikasi PHK massal berisiko meluas. "Keyakinan bisnis secara keseluruhan menurun pada November, menunjukkan sektor manufaktur berisiko mengalami kontraksi kecuali ada peningkatan demand yang signifikan," kata Jingyi Pan, economic associate director di S&P Global Market Intelligence. Berharap adanya peningkatan demand dalam waktu dekat sepertinya cukup sulit, mengingat perekonomian global terancam mengalami resesi. Kecuali dari dalam negeri mampu meningkatkan demand, sektor manufaktur sepertinya akan kembali mengalami kontraksi yang terakhir kali terjadi pada Agustus 2021.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi yang pertama menderita akibat pelambatan ekonomi global. Inflasi tinggi di negara-negara tujuan ekspor memicu penurunan dan pembatasan order ke pabrik-pabrik TPT di Tanah Air. Akibatnya, terjadi penurunan kapasitas produksi. Hingga menyebabkan efisiensi karyawan, dengan merumahkan bahkan PHK. "Perumahan karyawan masih terus terjadi," kata Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Rabu malam (30/11/2022). "Pengurangan karyawan sudah di atas 100 ribu. Ada yang dirumahkan, dikurangi jam kerja, pemutusan kontrak, hingga PHK," tambahnya. Kondisi itu, ujarnya, terjadi di industri tekstil dari hulu ke hilir. "(Lokasinya) Jawa Barat dan Jawa Tengah," kata Redma. Gejala merumahkan karyawan ini sudah berlangsung sejak bulan lalu. Redma mengatakan, kapasitas produksi pabrik TPT terus turun bahkan sampai 50% dan dikhawatirkan berlanjut sampai tahun 2023.

(iv)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]