Dilansir dari laman .merdeka.com. Tak hanya cabai rawit merah, harga cabai rawit hijau pun melonjak Rp 1.489 menjadi Rp 56.170 per kg. Kemudian, harga cabai merah keriting meroket jadi Rp 44.255 per kg, naik Rp 1.127. Juga cabai merah besar yang secara rata-rata dijual Rp 43.111 per kg, naik Rp 1.111. Tak hanya produk cabai, harga bawang merah terpantau naik menjadi Rp 38.085 per kg, dan harga bawang putih terkerek jadi Rp 30.638 per kg.
Tren kenaikan itu juga diikuti oleh telur ayam dan daging ayam. Harga telur ayam ras di Jakarta ikut terdongkrak jadi Rp 29.819 per kg, sementara harga daging ayam broiler/ras naik Rp 600 dan dipatok Rp 40.533 per ekor. Di sisi lain, harga daging sapi terpantau stabil dan sedikit menurun, meski masih dibanderol di atas Rp 140.000 per kg. Semisal daging sapi has, yang harganya secara rata-rata tetap di angka Rp 146.333 per kg, dan daging sapi murni (semur) yang turun Rp 106 menjadi Rp 141.276 per kg.
Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menilai, lonjakan harga komoditas pangan di musim Tahun Baru 2023 ini dipicu oleh ketidaksiapan pemerintah dalam mengantisipasi kenaikan. "Karena memang antisipasinya belum matang, dari awal belum matang. Pemerintah belum menyiapkan desain yang matang untuk pangan kita," ujar dia kepada Liputan6.com.
Sesuai prediksinya, sejumlah komoditas mulai dari cabai hingga bawang terus mengalami kenaikan sampai Tahun Baru 2023, dimana harga jualnya terhitung jauh di atas normal. Menurut dia, tren kenaikan ini terjadi lantaran permintaan pasar di setiap pergantian tahun memang meningkat. Ditambah pemerintah kerap lengah dalam mengantisipasinya.
"Yang paling banyak permintaan di bawang, cabai, (daging) ayam, daging (sapi) itu permintaannya sudah mulai naik. Sayur-sayur itu permintaan mulai naik, makanya harganya tinggi," tuturnya. "Karena kondisi harga lagi enggak bagus, sehingga banyak yang menaikan harganya tinggi, maka banyak peralihan permintaan," kata Abdullah Mansuri.