Sejuta Kasus Corona dan Serangan Virus Tak Kasatmata


Selasa,26 Januari 2021 - 14:03:36 WIB
Sejuta Kasus Corona dan Serangan Virus Tak Kasatmata sumber foto cnnindonesia.com

Satu juta kasus covid-19 secara kumulatif diprediksi bakal tercatat pada Selasa (26/1), setelah sehari sebelumnya Kementerian Kesehatan mencatat 999.256 kasus virus corona. Para epidemiolog meyakini jumlah yang sebenarnya lebih besar dari data yang dirilis pemerintah hari ini.

Dilansir dari laman cnnindonesia.com, lonjakan kasus positif Covid-19 terus meroket saat memasuki 2021. Jumlah kasus positif beberapa kali memecahkan rekor di atas angka 10 ribu dalam satu hari. Begitu pula dengan angka kematian yang juga bertambah 297 orang dengan total 28.132 orang pada Senin (25/1).

Pelbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit hingga RS darurat di daerah episentrum bahkan sulit menampung pasien baru. Pemakaman khusus jasad positif Covid-19 juga mendekati titik penuh.

Epidemiolog Universitas Griffith, Dicky Budiman menilai angka satu juta kasus positif Covid-19 bukan hal yang baru di Indonesia. Ia menduga angka itu sebenarnya sudah terjadi sekitar Agustus-September 2020.

"Ini masalahnya karena aktivitas testing kita yang rendah ini. Jadi baru ketahuan sekarang [1 juta kasus]," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/1). Dicky menilai selama 10 bulan pandemi, banyak kasus yang tak terdeteksi oleh pemerintah. Kasus-kasus yang muncul, kata dia, hanya terlihat di permukaan saja.

Ia menilai banyaknya kasus tak terdeteksi berpotensi memicu maraknya transmisi atau penularan lanjutan di tengah masyarakat. Hal itu yang menyebabkan angka positif corona makin meningkat belakangan ini. "Dampaknya RS penuh, kematian terus meningkat, semua indikator kita meningkat. Ini pesan serius bahwa kita sudah jalani pandemi belum punya peta situasi," kata dia.

Berdasar rangkuman CNNIndonesia.com, tingkat keterisian tempat tidur di ruang isolasi maupun ICU pasien Covid-19 di pelbagai daerah ada yang melebihi 70 persen. Padahal, ambang batas bed occupancy rate (BOR) atau rasio keterisian tempat tidur ideal menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di angka 60 persen. Bahkan, tingkat keterisian tempat tidur isolasi di 101 RS rujukan di Jakarta sudah mencapai 87 persen per 17 Januari 2021 lalu.

Tak hanya rumah sakit yang penuh, lahan pemakaman umum khusus pasien Covid-19 di beberapa daerah pun mengalami krisis. Di Jakarta misalnya, TPU khusus lahan makam Covid-19 yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti TPU Pondok Ranggon dan Tegal Alur sudah terisi penuh.

Di sisi lain, Dicky pesimistis pandemi corona bisa ditekan melalui kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Menurutnya, PPKM saat ini tidak diterapkan secara ketat dan meluas di pelbagai wilayah Indonesia.

"Dan PPKM yang diadakan saat ini berbeda seperti [PSBB] yang diadakannya seperti April 2020 lalu. Saat ini enggak memadai," kata dia. Dicky menilai Indonesia membutuhkan penerapan PSBB ketat seperti pada awal pandemi corona. PSBB ketat itu, kata dia, harus diterapkan sesuai regulasi dan diterapkan secara bersama di semua daerah.

"Kita butuh PSBB sesuai regulasi. Dengan dosis yang sama tiap daerah, 3T, 3M dan PSBB. Ini yang perlu dilakukan sebelum kita mengalami dampak yang jauh lebih buruk," kata Dicky.

PPKM Tak Efektif

Senada, Epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo menilai angka kasus positif Corona yang baru diketahui di Indonesia saat ini ibarat puncak gunung es. Ia memprediksi angka kasus positif corona di tengah masyarakat jauh lebih besar ketimbang data yang dirilis pemerintah.

"Karena testing grade kita kecil, kecil banget. Sekarang masih 2,5 persen aja. Apa yang tampak itu, seperti Gajah itu cuma kita lihat ekornya doang. Realitas di masyarakat jauh lebih tinggi dari 1 juta, 6-7 kali lipat lah," kata Widhu.

Windhu menilai agar wabah tidak memburuk, pemerintah harus menggencarkan dua aspek. Pertama, menggencarkan program 3T, yakni testing atau pemeriksaan, tracing atau pelacakan jejak kasus, dan treatment atau perawatan pasien yang telah terjangkit Corona.

Kedua, melalui pembatasan aktivitas warga skala besar. Menurutnya kebijakan PPKM yang berjalan saat ini sudah cukup baik dalam tataran konsep. Namun, kata dia, tak efektif menghambat penyebaran corona.

Menurutnya, hal itu karena pelaksanannya tidak ketat dalam membatasi laju seseorang. Masih banyak sektor perekonomian yang diperbolehkan pemerintah dibuka secara normal. "Hanya saja implementasinya bagaimana aktivitas esensial dan non-esensial itu sendiri masih jalan. Enggak ketat. Kalau itu yang dipilih, ya efektifitasnya kecil," kata dia.

Melihat hal itu, Widhu mengatakan sudah seharusnya pemerintah menerapkan kembali PSBB secara ketat. Menurutnya, kebijakan PPKM yang saat ini berlangsung berjalan tak sepenuh hati untuk menekan angka penularan corona di tengah masyarakat.

"Kalau emang kita mau milih PSBB ketat, ya serius. Jangan setengah hati. Kalau mau serius ya batasi pergerakan dan interaksi. Kalau terpaksa bergerak untuk kebutuhan esensial saja. Protokol kesehatan harus 100 persen. Itu harus dikontrol pemerintah betul," kata dia. (GA)

 


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]