Jika Sawit Dilarang, Dunia Akan Kehilangan Ratusan Juta Hektare Lahan


Kamis,06 Mei 2021 - 11:32:55 WIB
Jika Sawit Dilarang, Dunia Akan Kehilangan Ratusan Juta Hektare Lahan sumber foto wartaekonomi.go.id

Minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapa atau kanola, dan minyak biji bunga matahari merupakan empat komoditas minyak nabati utama dengan pangsa mencapai 92 persen terhadap produksi minyak nabati dunia.

Dilansir dari laman wartaekonomi.co.id, dari keempat komoditas minyak nabati tersebut, kedelai menggunakan lahan paling luas untuk produksi yakni 127 juta hektar.

Secara berturut-turut disusul rapa seluas 35,5 juta hektar; bunga matahari 27,6 juta hektar; dan kelapa sawit 24 juta hektar. Namun mirisnya, dengan fakta tersebut kelapa sawit masih saja disebut sebagai tanaman perusak lingkungan, rakus air, dan bahkan sumber penyakit.

“Ada sederet hasil penelitian dunia yang kami dapatkan. Kesimpulan kami adalah bahwa sawit adalah tanaman yang paling pandai membalas jasa di antara empat sekawan itu,” ungkap Direktur Eksekutif PASPI Monitor, Dr. Tungkot Sipayung seperti dikutip dari elaeis.co.

Lebih lanjut dijelaskan Tungkot, sebagai tanaman industri yang berguna dalam pemenuhan kebutuhan, hasil produksi dari minyak nabati harus terus ditingkatkan. Mengingat pada tahun 2050 diperkirakan akan terjadi excess demand terhadap minyak nabati dunia.

"Kalau cuma untuk memenuhi kebutuhan pangan, total kebutuhan menuju 2050 mencapai 260 juta ton. Tapi jika ditambah dengan kebutuhan biofuel dan oleokimia, bisa mencapai 500-600 juta ton," terang Tungkot. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, produksi minyak nabati dunia harus terus digenjot.

Melihat kondisi tersebut, studi PASPI Monitor menemukan, jika penggunaan minyak sawit dilarang, maka luas hutan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati tersebut akan mencapai 167 juta hektar lagi dengan rincian kedelai 112 juta hektar, rapeseed 30 juta hektar, dan bunga matahari 25 juta hektar.

Namun apabila kelapa sawit dilibatkan berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati masyarakat dunia tersebut, maka dapat dipastikan tidak akan terjadi deforestasi lagi. Hal ini dikarenakan, produktivitas kelapa sawit dapat ditingkatkan dua kali lipat menjadi 8,6 ton/ha/tahun. "Dan kita musti ingat baik-baik, hanya produksi sawitlah yang bisa digenjot, tiga rekannya itu enggak bisa lagi, sudah mentok" tegas Tungkot.

Minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapa atau kanola, dan minyak biji bunga matahari merupakan empat komoditas minyak nabati utama dengan pangsa mencapai 92 persen terhadap produksi minyak nabati dunia.

Dilansir dari laman wartaekonomi.co.id, dari keempat komoditas minyak nabati tersebut, kedelai menggunakan lahan paling luas untuk produksi yakni 127 juta hektar.

Secara berturut-turut disusul rapa seluas 35,5 juta hektar; bunga matahari 27,6 juta hektar; dan kelapa sawit 24 juta hektar. Namun mirisnya, dengan fakta tersebut kelapa sawit masih saja disebut sebagai tanaman perusak lingkungan, rakus air, dan bahkan sumber penyakit.

“Ada sederet hasil penelitian dunia yang kami dapatkan. Kesimpulan kami adalah bahwa sawit adalah tanaman yang paling pandai membalas jasa di antara empat sekawan itu,” ungkap Direktur Eksekutif PASPI Monitor, Dr. Tungkot Sipayung seperti dikutip dari elaeis.co.

Lebih lanjut dijelaskan Tungkot, sebagai tanaman industri yang berguna dalam pemenuhan kebutuhan, hasil produksi dari minyak nabati harus terus ditingkatkan. Mengingat pada tahun 2050 diperkirakan akan terjadi excess demand terhadap minyak nabati dunia.

"Kalau cuma untuk memenuhi kebutuhan pangan, total kebutuhan menuju 2050 mencapai 260 juta ton. Tapi jika ditambah dengan kebutuhan biofuel dan oleokimia, bisa mencapai 500-600 juta ton," terang Tungkot. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, produksi minyak nabati dunia harus terus digenjot.

Melihat kondisi tersebut, studi PASPI Monitor menemukan, jika penggunaan minyak sawit dilarang, maka luas hutan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati tersebut akan mencapai 167 juta hektar lagi dengan rincian kedelai 112 juta hektar, rapeseed 30 juta hektar, dan bunga matahari 25 juta hektar.

Namun apabila kelapa sawit dilibatkan berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati masyarakat dunia tersebut, maka dapat dipastikan tidak akan terjadi deforestasi lagi. Hal ini dikarenakan, produktivitas kelapa sawit dapat ditingkatkan dua kali lipat menjadi 8,6 ton/ha/tahun. "Dan kita musti ingat baik-baik, hanya produksi sawitlah yang bisa digenjot, tiga rekannya itu enggak bisa lagi, sudah mentok" tegas Tungkot.

Minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapa atau kanola, dan minyak biji bunga matahari merupakan empat komoditas minyak nabati utama dengan pangsa mencapai 92 persen terhadap produksi minyak nabati dunia.

Dilansir dari laman wartaekonomi.co.id, dari keempat komoditas minyak nabati tersebut, kedelai menggunakan lahan paling luas untuk produksi yakni 127 juta hektar.

Secara berturut-turut disusul rapa seluas 35,5 juta hektar; bunga matahari 27,6 juta hektar; dan kelapa sawit 24 juta hektar. Namun mirisnya, dengan fakta tersebut kelapa sawit masih saja disebut sebagai tanaman perusak lingkungan, rakus air, dan bahkan sumber penyakit.

“Ada sederet hasil penelitian dunia yang kami dapatkan. Kesimpulan kami adalah bahwa sawit adalah tanaman yang paling pandai membalas jasa di antara empat sekawan itu,” ungkap Direktur Eksekutif PASPI Monitor, Dr. Tungkot Sipayung seperti dikutip dari elaeis.co.

Lebih lanjut dijelaskan Tungkot, sebagai tanaman industri yang berguna dalam pemenuhan kebutuhan, hasil produksi dari minyak nabati harus terus ditingkatkan. Mengingat pada tahun 2050 diperkirakan akan terjadi excess demand terhadap minyak nabati dunia.

"Kalau cuma untuk memenuhi kebutuhan pangan, total kebutuhan menuju 2050 mencapai 260 juta ton. Tapi jika ditambah dengan kebutuhan biofuel dan oleokimia, bisa mencapai 500-600 juta ton," terang Tungkot. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, produksi minyak nabati dunia harus terus digenjot.

Melihat kondisi tersebut, studi PASPI Monitor menemukan, jika penggunaan minyak sawit dilarang, maka luas hutan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati tersebut akan mencapai 167 juta hektar lagi dengan rincian kedelai 112 juta hektar, rapeseed 30 juta hektar, dan bunga matahari 25 juta hektar.

Namun apabila kelapa sawit dilibatkan berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati masyarakat dunia tersebut, maka dapat dipastikan tidak akan terjadi deforestasi lagi. Hal ini dikarenakan, produktivitas kelapa sawit dapat ditingkatkan dua kali lipat menjadi 8,6 ton/ha/tahun. "Dan kita musti ingat baik-baik, hanya produksi sawitlah yang bisa digenjot, tiga rekannya itu enggak bisa lagi, sudah mentok" tegas Tungkot. (GA)


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]