33 TAHUN HUT LPDS

Antara Aku dan LPDS: Dari Kaya Ilmu hingga Kisah Pertaruhan Nyawa


Jumat,16 Juli 2021 - 16:36:11 WIB
Antara Aku dan LPDS: Dari Kaya Ilmu hingga Kisah Pertaruhan Nyawa Parlindungan, SH. MH. CLA, alumni LPDS Jakarta yang kini menjadi Advokat, Konsultan Hukum, & Auditor Hukum. (foto: riaubisnis)

Jual kayu bersama sampan,

Dibeli oleh si anak nelayan,

Selamat hari jadi LPDS ke 33 diucapkan,

Sukses dan terus maju, doa kami panjatkan.

“Hai, LPDS! Kami bangga padamu,” ucapku, Parlindungan Alumni Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) Jakarta.

Hanya dalam singkat uraian kalimat penuh harapan ini, saya Parlindungan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, rindu padamu. Rindu ini bukan tanpa alasan, alasan dengan penuh pertimbangan, karena saya pernah menjadi bahagian terpenting dalam kegiatan LPDS pada 2015 silam. 

Kata demi kata dalam tulisan ini saya ketik, tiap ketikanku ini, sebanyak itu pula aku teringat sajian materi Pak Priyambodo RH dan Pak Warief Djajanto Basorie. Hingga menulis bait terakhir pun aku masih teringat Ibu Indri, Ibu Riri, Ibu Luci yang membantu memfasilitasi kami saat itu. 

Saya bangga pernah menjadi alumni LPDS, yang dulu sempat mewakili Provinsi Riau untuk masuk dalam Program Meliput Daerah Ketiga yang diselengarakan LPDS Jakarta bekerja sama dengan Kedutaan Besar Norwegia untuk Indonesia. Waktu itu hanya 10 orang dari perwakilan media/jurnalis di seluruh Indonesia. Saya dari media cetak dan online Riau Bisnis.

Kurang lebih seminggu kami dilatih tentang penulisan karya jurnalistik yang baik dan menarik tentang isu-isu perubahan iklim dan lingkungan, lalu diperintahkan meliput isu perubahan iklim dan lingkungan di daerah yang bukan merupakan asal si jurnalis, hingga kami harus mempertanggungjawabkan hasil karya liputannya.

Waktu itu, saya dapat “jatah” meliput di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Pastinya, Kota Kendari adalah pertama kali saya kunjungi. Tanpa tahu apa-apa tentang Kota Kendari, apalagi mengenai isu perubahan iklim dan lingkungannya, hanya bermodalkan “pura-pura” berani dan tanpa surat tugas waktu itu.

Sekelumit wawasan, saya pilih liputan tentang rencana Pemerintah Provinsi Sultra mewacanakan merelokasi masyarakat Puncak Puunggaloba ke kawasan jauh dari asal tempat mereka dengan alasan mengembalikan fungsi kawasan tesebut sebagai Taman Hutan Rakyat (Tahura).

Kisah Meliput Daerah Ketiga

Tahun 2015. 

Siapa saja yang masuk, diusir, diancam, bahkan ada yang dipanah sampai mati”.

Mendengar kalimat itu dari masyarakat di sini, saya merinding, sedikit ketakutan, tapi tidak kuperlihatkan.Tidak semua orang bisa masuk ke permukiman Puncak Puunggaloba, Pegunungan Nipa-nipa, Kota Kendari, Provinsi Sultra. Saya termasuk orang yang beruntung bisa masuk wilayah itu dan bisa masih hidup.

“Saya dari Riau, mau meliput tentang kawasan Puncak Puunggaloba,” kataku kepada salah warga di sini. Tatapan aneh justru saya terima dari pria mengenakan peci haji putih yang membawa sebilah parang itu. Tanpa ada jawaban.

Tarik nafas satu satu, kelelahan karena mendaki sedikitnya 500 meter menuju Puncak Puungguloba. Tak lama kemudian, saya dikerumuni puluhan warga. Ada remaja, dewasa, bapak, ibu, sampai anak kecil. Seperti saya mau diserang. Beberapa orang saya lihat membawa parang dan kayu. Saya takut, tapi tidak kuperlihatkan.

Salah seorang pemuda tiba-tiba saja datang menghampiriku. Dengan nada lantang ia berkata, “Anda sekarang harus menghadap Jenderal!”

“Apalagi ini? Dan, siapa Jenderal?” Jantungku berdegup, hati berkata cemas karena aku bukan orang asli Kota Kendari. Sempat terbesit dalam pikiranku, "Nyawaku akan berakhir di liputan ini." Saya semakin takut, tapi lagi-lagi tidak kuperlihatkan.

Seperti di kawasan kerajaan yang memiliki pengamanan ketat oleh penggawa-penggawa garang. Aku dituntun dan diikuti puluhan warga di belakangku. Di sebuah halaman rumah papan dan ada satu kursi plastik di bawah pohon. Terlihat seseorang sudah duduk di kursi di depan kursi kosong itu. “Kalau mau tahu tentang Puncak Puunggaloba, tanyakan saja pada Jenderal kami ini,” kata pemuda tadi kepadaku.

Dan, ternyata dia itu Sang Jenderal yang dimaksud. Biasa-biasa saja, tanpa berpakaian militer seperti jenderal yang saya bayangkan. Dengan wajah beringas, dia mempersilakan saya duduk di kursi kosong itu.

“Anda sudah aman di sini. Saya jamin kulit Anda tidak akan tersentuh sedikitpun oleh warga. Anda dari mana dan apa maksud kedatangan Anda di sini,” tanya La Ode Budiman, Jenderal Lapangan Forum Masyarakat Puncak Puunggaloba kepadaku.

Mereka paranoid, setiap orang asing yang datang, dianggap sebagai orang suruhan dari Gubernur. Mereka dianggap sebagai penduduk “ilegal” karena tinggal di Kawasan Konservasi Taman Hutan Rakyat (Tahura) Murhum di Pegunungan Nipa-nipa.

Ironisnya lagi, puncak kemarahan mereka, ketika beberapa bulan lalu, Gubernur Provinsi Sultra, Nur Alam (pada masa itu), mendesak seluruh warga Puncak Puunggaloba untuk segera mengosongkan kawasan yang mereka tempati dalam waktu sepekan. Gubernur sudah menyiapkan permukiman khusus untuk mereka.

Menurut Gubernur Provinsi Sultra, Nur Alam, pihaknya mengklaim, masyarakat yang tinggal di Puncak Puunggaloba melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam, PP Nomor 28 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Puncak Puunggaloba merupakan Kawasan Konservasi Tahura Murhum, bukan daerah permukiman. Masyarakat Puncak Puunggaloba dinilai telah melanggar peraturan perundang-undangan,” tegasnya di Kota Kendari.

Tulisan di atas adalah sekelumit tulisan saya tentang isu lingkungan di Kota Kendari. Bagi saya, liputan itu menjadi pertaruhan nyawa saya, karena saya orang asing bagi masyarakat Puncak Puunggaloba di kala kondisi di daerah itu mencekam atas rencana “pengusiran” mereka oleh pemerintah setempat dari tempat tinggalnya.

LPDS Cetak Penulis Kritis

Pascaliputan di Kota Kendari, yang kemudian saya laporkan hasil pertanggungjawaban tulisan saya di hadapan pengkritisi LPDS, Pak Priyambodo RH dan Pak Warief Djajanto Basorie saat saya tiba kembali di Jakarta. Karya saya pun menjadi pembahasan menarik kala itu. Catatan dan kritikan bermunculan, termasuk dari seluruh teman seangkatanku. Habis itu, saya kaya ilmu, dan tahu tentang pentingnya menulis menarik. LPDS menjadikan kami seorang jurnalis kritis. Kami pulang membawa ilmu dan pengalaman berharga.

Hingga di 2021 ini, saya tak pernah melupakan jasa LPDS serta pengalamanku waktu itu. “Rindu itu terus menggelisahkanku tak pernah berhenti, dan bahkan mengalahkan kehebatan matahari dan bulan, yang ada waktu hadir dan pulang. Aku tidak begitu.”(***)

Tentang alumni:

Parlindungan, adalah seorang advokat/pengacara dan konsultan hukum serta dosen di berbagai perguruan tinggi di Pekanbaru. Kelahiran Pekanbaru, 31 Agustus 1980. Anak kandung dari Bapak Ahmadi dan Ibu Yusniani Lubis. Anak pertama dari tiga saudara. Alumni S1 dan S2 Fakultas Hukum Universitas Islam Riau. Saat ini sedang mengikuti Program S3 (Doktor) Ilmu Hukum Universitas Islam Bandung. Sebagai pembina sanggar Lisendra Dua Terbilang Universitas Islam Riau (UIR). Sudah 58 kali menyutradarai film, baik pendek, film panjang, documenter, dan biography dan beberapa kali juga menyutradarai produksi teater. Peraih juara pertama Festival Film Pendek yang diselenggarakan Dewan Kesenian Riau tahun 2005, dan 2006. Dan 2008 meraih juara ketiga  pada event yang serupa. Dalam produksi film penulis sebagai sutradara, ide cerita, penulis skenario, kameramen, dan editing. Selain itu, beberapa kali memenangkan lomba karya tulis ilmiah, cerpen, naskah drama, kritik sastra dan fhotografy. Masing-masing adalah, juara pertama Lomba Karya Tulis Media Indonesia – Metro TV se-Riau, 2004, juara harapan Lomba Fhotografy yang diselenggarakan oleh Wartawan Pemko Pekanbaru dalam rangka HUT Pekanbaru ke-221 tahun 2005. Lalu juara pertama Lomba Penulisan Kritik Sastra Dinas Budsenipar Prov. Riau se-Riau tahun 2006. Juara pertama Lomba Karya Tulis Tingkat Wartawan, dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-42 yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau se-Riau tahun 2006. Juara ketiga Lomba Penulisan Artikel Tingkat Wartawan se-Riau dalam rangka HUT Provinsi Riau yang ke-50 tahun 2007, yang diselenggarakan oleh Wartawan Pemprov. Riau. Juara kedua Lomba Penulisan Cerita Pendek yang diselenggarakan oleh Toko Buku Gramedia dan Penerbit Gagasan Jakarta, tahun 2008. Dan juara ketiga Lomba Penulisan Naskah Drama pada Laman Cipta Sastra DKR Tingkat Nasional tahun 2008. Dulu juga sempat pernah meraih Anugerah Aktifis Kampus Kategori Karya Ilmiah & Perfilman, tahun 2005, Pada Saat Wisuda Sarjana Universitas Islam Riau Ke-37. Selain itu juga pernah menerima Anugerah Seniman Kampus se-Riau yang diselenggarakan oleh LDT UIR tahun 2004. Pengalaman pekerjaan, pada tahun 2000-2001 sebagai wartawan pada surat kabar mingguan Pondasi. Tahun 2001-2008 sebagai reporter di Radio Bharabas 97,5 FM Pekanbaru. Pernah juga sebagai wartawan pada surat kabar harian nasional Media Indonesia Biro Pekanbaru tahun 2004-2005. Kepala Biro surat kabar mingguan nasional Pemburu pada tahun 2003-2004. selain itu, Kordinator Liputan (Korlip) Surat Kabar Dwi Mingguan Riau Editor tahun 2005-2006. Sempat menjadi Pemimpin Redaksi surat kabar dwi mingguan Riau Editor, tahun 2006. Dan dimulai tanggal 01 Juli 2008 bekerja di situs berita www.riaubisnis.com awalnya sebagai Redaktur dan sejak 2011 menjadi Pemimpin Redaksi www.riaubisnis.com  yang kini berubah menjadi www.riaubisnis.id. Buku kumpulan sajaknya telah diterbitkan pada tahun 2004 lalu yang berjudul takkan, terbitan Yayasan Pusaka Riau. Kumpulan sajak antologi bersama Belantara Kata, UIR Press tahun 2005. Kumpulan sajak antologi bersama 10 penyair pemula LDT UIR, terbitan Unri Press tahun 2008, berjudul Berkata Kita, dan buku Naskah Drama berjudul Negeri Lancang Merdeka penerbit Bina Cipta Jakarta tahun 2016. Beberapa karya sastra penulis berupa cerpen, puisi, kritik sastra, dan esei sastra, pernah diterbitkan di sejumlah media cetak harian terkemuka di Riau. Film penulis yang berjudul 87, Sampai Mati, Atas Pilihan, Zainun, dan Syair Daun Teh, dan lainnya, pernah ditayangkan/disiarkan di Riau Televisi pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Email: [email protected]. CP/WA: 0812-6812-3180.(*)


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]