Indonesia Mau Bangun Konektivitas Listrik di ASEAN, Nyambung ke Singapura, Malaysia, dan Brunei


Rabu,26 Oktober 2022 - 09:31:08 WIB
Indonesia Mau Bangun Konektivitas Listrik di ASEAN, Nyambung ke Singapura, Malaysia, dan Brunei sumber foto liputan6.com

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.  dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menerima Mari Elka Pangestu, World Bank Managing Director of Development Policy and Partnerships, dalam pertemuan tatap muka pada Minggu (23/10/2022) di sela-sela acara kunjungan kerja Menko Airlangga di Washington D.C. Pertemuan tersebut turut dihadiri pula oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani, serta Pejabat Eselon 1 Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perindustrian. Pertemuan bilateral tersebut berlangsung akrab dan konstruktif, dengan membahas sejumlah topik antara lain peran Indonesia dalam ASEAN Energy Connectivity, Transformasi Digital, Food Security dan juga membahas Partnership on Global Infrastructure and Investment (PGII). Menko Airlangga dan MD World Bank Mari Pangestu mendiskusikan berbagai upaya Pemerintah Indonesia dan peran serta World Bank dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam bidang transisi energi.

Dilansir dari laman liputan6.com. Di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia berencana untuk membangun konektivitas listrik yang melibatkan beberapa negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei. Belajar pada situasi saat ini, ketersediaan energi listrik menjadi sangat penting sehingga perlu membangun energi listrik alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dalam payung kerja sama infrastruktur jaringan listrik kawasan Asia Tenggara. Terkait isu transformasi digital, Pemerintah Indonesia juga telah melakukan pengembangan Data Center di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park (NDP) sebagai bagian upaya mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia dan konektivitas internasional khususnya di Kawasan Asia Tenggara. Adanya KEK NDP akan dapat menjadi salah satu potensi proyek pengembangan Data Center di Indonesia yang dapat menarik banyak investor. “ASEAN Digital Master Plan 2025 memerlukan integrasi investasi digital dan sumber energi," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

ASEAN Digital Masterplan 2025

ASEAN Digital Masterplan 2025, merupakan desain lima tahun untuk memfasilitasi kerja sama regional dalam pengembangan sektor digital di ASEAN. Mengenai digitalisasi sektor finansial, saat ini Pemerintah tengah mengambil langkah penyesuaian seperti harmonisasi kepabeanan untuk e-commerce dan digitalisasi sektor pajak. Terkait dengan topik Food Security, digagas ASEAN Reserve Fund untuk memastikan ketersediaan komoditas beras di Kawasan Asia Tenggara. Terkait perubahan ikllim, studi dari World Bank menyebutkan bahwa produksi pangan global menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dari produksi energi ataupun deforestasi. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah pencegahan dengan menjalankan Sustainable Food Production.

Saran Ekonom Bank Dunia Agar Indonesia Tak Kena Getah Ancaman Resesi Ekonomi

Ekonom Utama Bank Dunia, Habib Rab mengungkapkan tips untuk Indonesia dalam bersiap menghadapi ancaman resesi 2023. "Yang penting adalah menjaga keseimbangan yang sehat antara apa yang terjadi pada kebijakan suku bunga, tetapi juga kebijakan fiskal, makroprudensial, dan reformasi struktural," katanya dalam SOE Internasional Conference, dikutip Selasa (18/10/2022). Menurutnya, hal itu untuk memastikan bahwa inflasi dapat dikelola bersamaan dengan menghindari keruntuhan total dalam pertumbuhan ekonomi. Habib Rab selanjutnya mengatakan, 70 persen ekonomi global menurun secara signifikan pada pertengahan 2022 dibandingkan dengan awal tahun ini.

"Satu-satunya pengecualian adalah beberapa negara berkembang yang merupakan eksportir komoditas, termasuk Indonesia," ungkap dia. Dalam presentasinya, Habib Rab membeberkan prediksi Bank Dunia, bahwa pada 2022 dan 2023 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan tumbuh tinggi dengan inflasi yang lebih rendah dibandingkan negara-negara ekonomi besar. Meskipun demikian, satu persen penurunan pertumbuhan ekonomi di negara anggota G7 maupun China bisa mendorong perlambatan ekonomi negara-negara besar di Asia Timur dan Pasifik dari 0,5 hingga 1 persen. "Jadi situasinya akan lebih baik dibandingkan dengan negara di wilayah lain. Tapi kita tidak melihat ruang kepuasan karena perlambatan ekonomi global tetap akan berdampak terhadap kawasan (Asia Timur dan Pasifik)," ujarnya.

"Diperlukan keseimbangan dalam pengetatan kebijakan, agar tingkat suku bunga, nilai tukar, dan kontrol modal terjaga," lanjut Habib Rab. Adapun kerangka kerja untuk merestrukturisasi utang, baik utang pemerintah maupun pelaku usaha, yang meningkat signifikan di sebagian besar negara. "Pengelolaan peningkatan utang memerlukan kerangka kerja restrukturisasi utang yang telah terlihat di krisis sebelumnya," jelasnya. Habib Rab menambahkan, langkah ini penting guna memungkinkan persiapan dalam neraca perbankan dan perusahaan sehingga kejutan yang sementara tidak akan berdampak terhadap penurunan output permanen.

Dibayangi Resesi Global, Ternyata IMF Masih Ramal Ekonomi Asia Tenggara Cerah

Kawasan Asia, terutama Asia Tenggara diramal akan tetap melihat titik terang, bahkan ketika ekonomi global tampaknya menuju resesi tahun depan. Dana Moneter Internasional pekan lalu mengatakan bahwa, rebound ekonomi yang kuat di Asia pada awal tahun ini telah kehilangan momentumnya karena tiga "tantang berat" yaitu, kenaikan suku bunga, perang di Ukraina dan dampak dari aktivitas ekonomi China yang lemah. "Meskipun demikian, Asia tetap menjadi titik terang yang relatif dalam ekonomi global yang semakin meredup," kata IMF dalam laporan prospek terbarunya, dikutip dari CNBC International, Selasa (18/10/2022). IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik sebesar 4 persen tahun ini dan 4,3 persen pada 2023 mendatang, dengan keduanya di bawah rata-rata 5,5 persen selama dua dekade terakhir.

Namun, angka itu masih lebih tinggi dari perkiraan IMF untuk Eropa dan Amerika Serikat. IMF meramal pertumbuhan ekomi kawasan Eropa akan berada di angka 3,1 persen tahun ini dan 0, persen pada tahun 2023. Sedangkan untuk Amerika Serikat diproyeksi tumbuh 1,6 persen tahun ini dan hanya 1 persen tahun depan. Secara keseluruhan, jalur Asia akan berbeda dari banyak negara maju seperti Eropa karena berfungsi sebagai “pengdiversifikasi berguna yang terisolasi sampai tingkat tertentu dari perjuangan yang dihadapi Eropa,” kata Manajer Portofolio Fidelity, Taosha Wang dalam sebuah catatan pekan lalu menyebutkan, bahwa secara keseluruhan pertumbuhan Asia akan berbeda dari banyak negara maju seperti Eropa karena berfungsi sebagai "pengdiversifikasi yang terisolasi sampai tingkat tertentu dari perjuangan yang dihadapi Eropa". "Ini menyiratkan lebih banyak ruang untuk kebijakan berorientasi pertumbuhan di kawasan, yang berbeda dari banyak bagian dunia lainnya di mana inflasi tinggi memaksa bank sentral untuk memperketat kondisi keuangan," beber Wang.

(iv)


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]