Asyari Nur, Tokoh Pendidikan Kabupaten Bengkalis

Dari Rubah Cara Pandang Keluarga hingga Dirikan Pustaka di Tepi Pantai


Rabu,22 Juni 2016 - 13:36:30 WIB
Dari Rubah Cara Pandang Keluarga hingga Dirikan Pustaka di Tepi Pantai Asyari Nur, Tokoh Pendidikan Kabupaten Bengkalis. (foto: domiyanto)

Laporan Parlindungan

Pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam menggapai harapan. Menyadari hal ini, peran pendidikan dibutuhkan dalam segala hal. Salah satunya adalah keluarga.

Kemudian banyak cara yang bisa digagas demi memantapkan pendidikan di bangsa kita. Lantas seperti apa pandangan Asyari Nur, seorang tokoh pendidikan dari Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau? Simak petikan wawancaranya dengan RiauBisnis.co beberapa waktu lalu di Bengkalis.

Bagaimana Anda melihat mutu pendidikan di Kabupaten Bengkalis saat ini?

Dalam pandangan saya, tidak saja Bengkalis, hampir keseluruhan kabupaten di Riau ini pendidikannya jauh tertinggal. Padahal, Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten nomor dua terkaya di Indonesia dari hasil sumber daya alamnya. Artinya, ada ketidakseimbangan antara kekayaan yang dimiliki dengan kualitas meningkatkan mutu sumber daya manusianya, terutama pendidikan.

Apa yang harusnya dilakukan?

Intinya pemerataan mendapatkan pendidikan yang layak kepada anak didik belum terwujud seutuhnya. Khusus di Bengkalis, saya melihat perlu dipacu lebih cepat lagi untuk menyetarakannya dengan daerah lain, khususnya Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau.

Alasannya?

Bengkalis merupakan pelopor pendidikan untuk memfasilitasi sekolah gratis di Riau. Pemerintah Kabupaten Bengkalis selalu menggelontorkan dana melalui APBD yang sangat besar untuk meningkatkan mutu pendidikannya, sedikitnya Rp900 miliar untuk tahun 2015 saja, hal ini tertuang dalam Visi Misi Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Namun, jumlah dana yang besar itu tidak seimbang dengan kualitas pendidikan yang dihasilkannya.

Menurut Anda, kenapa ini bisa terjadi?

Bengkalis perlu menata ulang cara pengelolaan pendidikannya agar tercapai sesuai harapan. Tidak cukup hanya dengan membagi angka-angka saja, tapi lebih kepada bagaimana memanfaatkan anggaran yang besar itu untuk peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan infrastruktur pendidikannya. Intinya, memajukan dunia pendidikan itu harus kongkret, tidak sekadar cita-cita.

Bukankah sekolah gratis itu bisa membantu percepatan mutu pendidikan?

Program sekolah gratis itu menurut saya tidak salah, justru bagus. Namun jangan kemudian hal ini menjadi komoditas politik semata, tanpa memikirkan apa tujuan dari pelaksanaan program tersebut. Harusnya, pendidikan itu bisa dipisahkan dari kepentingan politik. Kita bisa lihat, berganti kepala daerah berganti pula kepala dinas pendidikannya, berganti kepala dinas pendidikannya berganti pula kepala sekolahnya. Saya kira ini kurang tepat, hal ini bisa menghambat program-program pendidikan yang akan dilaksanakan. Banyak sumber daya manusia yang miliki kualitas baik, akhirnya terkesampingkan hanya gara-gara persoalan politik. Inilah saya kira jadi salah satu masalah pendidikan saat ini, termasuk di Bengkalis.

Tapi kan hal itu akan sulit dihindari?

Kalau memang pimpinan daerah punya cara pandang yang seragam terhadap pendidikan, saya kira itu bisa saja dilakukan tanpa harus mengabaikan yang lebih prioritas dalam memajukan dunia pendidikan.

Lantas bagaimana Anda melihat rencana Pemkab Bengkalis menjadikan Bengkalis sebagai Pusat Pendidikan atau Kota Pelajar?

Saya pribadi juga sangat mendukung rencana ini, cuma perlu dipersiapkan rencananya bakal seperti apa? Planning-nya untuk mendukung rencana itu bagaimana? Ini kan tidak mudah, perlu kajian mendalam mewujudkan itu semua. Ya, kita ingin Bengkalis ini maju, kalau memang ingin dijadikan pusat pendidikan, harus ada ikonnya.

Apakah ada ide menarik dari Anda untuk memajukan pendidikan di Bengkalis?

Dimulai dari keluarga. Karena dari keluargalah cita-cita besar daerah dalam memajukan pendidikan bisa terwujud. Sehebat apa pun program pemerintah daerah dalam memajukan dunia pendidikan sementara tidak dilakukan pendekatan dimulai dari keluarga masyarakat itu sendiri, atau masyarakat tidak mendukung, justru yang ada hanya sia-sia dan tidak optimal.

Salah satu caranya apa yang harus dilakukan?

Dilakukan singrkonisasi program pendidikan antara program fisik dan non fisik pemerintah daerah dengan masyarakat. Pendekatan ke keluarga salah satu program non fisik dengan cara meyakini masing-masing keluarga tentang betapa pentingnya peran pendidikan terhadap kemajuan dan kesejahteraan keluarga. Banyak anak-anak putus sekolah akibat kebijakan orang tua yang memutuskan agar anaknya tidak perlu sekolah lagi dengan berbagai alasan. Kasus ini banyak terjadi di desa-desa. Sudah saatnya, cara pandang orang tua seperti ini diminimalisir, dan lagi-lagi ini tugas pemerintah daerah didukung oleh internal keluarga.

Sejauhmana peran penting keluarga dalam memajukan pendidikan?

Setiap anak-anak dalam keluarga, umumnya memiliki cita-cita dan kemampuan diri. Peran keluarga, terutama orang tua, dukung cita-cita dan kemampuan anaknya. Banyak cara yang dilakukan agar harapan itu bisa terwujud. Kalau dari kalangan keluarga kurang mampu, ada beasiswa yang bisa membantu. Dan selarasnya, pemerintah daerah harus memprioritaskan dalam memajukan pendidikan melalui beasiswa kepada keluarga kurang mampu, itu harus tepat sasaran.

Berbicara mengenai cita-cita, adakah cita-cita terbesar Anda untuk memajukan dunia pendidikan di Bengkalis?

Bengkalis merupakan daerah kepulauan, kalaulah nanti suatu saat saya diberikan limpahan rezeki dan umur panjang, saya akan membangun perpusatakaan megah di tepi pantai Bengkalis yang terkenal ini. Diperuntukkan untuk semua kalangan, terutama siswa dan mahasiswa yang ada di Bengkalis. Saya kira nanti akan ramai, bisa jadi tujuan wisata pendidikan, tidak saja wisatawan di Riau, bahkan di luar Riau pun akan mengunjunginya. Tapi tentunya perlu langkah-langkah strategis. Tapi potensinya juga bisa dikembangkan untuk menjadi pusat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Bengkalis.

Mengenai minat baca masyarakat yang relatif rendah, apa yang mesti dilakukan?

Pertama, kita harus merubah mindset masyarakat, jangan lagi beranggapan kalau buku adalah bacaan yang membosankan. Jadikan membaca dan menulis sebagai hobby dan sebagai kebutuhan. Karena dengan buku kita bisa jadi rendah hati dan kaya akan ilmu pengetahuan. Untuk meningkatkan minat membaca, di antaranya mendirikan perpusataan yang nyaman, salah satunya di tepi pantai. Kan bisa membaca sambil berekreasi.

Potensi masyarakat Bengkalis dan Riau umumnya seperti apa?

Saya kira potensi itu sangat besar sekali, tinggal bagaimana kita mengembangkan dan mendorongnya untuk bisa bersaing. Sekarang persoalannya, kita bangun sekolah, namun tidak kita singkronkan dengan potensi yang ada. Bengkalis ini kaya akan sumber daya alamnya, yakni minyak dan gas. Makanya harus mendidik masyarakatnya menjadi kreatif. Salah satu upayanya, kebutuhan perusahaan-perusahaan yang ada di Bengkalis terhadap tenaga kerja dan alat kerjanya bisa dipenuhi, tanpa harus didatangkan dari luar. Caranya kita buat sekolah untuk mempersiapkan tenaga kerjanya, kemudian bangun industri pendukungnya. Kalau industrinya ada, pasti pendidikannya juga akan maju.

Terakhir, pandangan Anda model pendidikan yang dibutuhkan saat ini seperti apa?

Modelnya cukup bangun sekolah, perguruan tinggi atau sekolah tinggi yang memang berorientasi pada penciptaan sumber daya manusia yang siap pakai, perbanyak perpusatakaan, dan lainnya. Jurusan-jurusan ilmu pendidikannya juga yang sesuai dengan kebutuhan Bengkalis dan Riau pada umumnya, dan itu yang saya kira belum dilakukan. Satu hal juga harus ada koneksi dengan dunia usaha.(***)

Parl-3180


Akses riaubisnis.co Via Mobile m.riaubisnis.co
TULIS KOMENTAR
BERITA LAINNYA

KANTOR PUSAT:
Jl. Arifin Ahmad/Paus Ujung (Komp. Embun Pagi), B 13, Pekanbaru, Riau – Indonesia
CP : 0812 6812 3180 | 0853 7524 1980
Email: [email protected]