Pandemi virus corona telah berjalan enam bulan sejak Maret 2020. Kini, kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia hampir mencapai 200 ribu. Akumulasi kasus konfirmasi positif hingga Senin (7/9) berjumlah 196.989 kasus. Akumulasi kasus dalam dua bulan terakhir yakni Juli-Agustus mencapai lebih dari 100 ribu kasus.
Dilansir dari laman cnnindonesia.com, total kasus positif pada Juli sebanyak 51.991 kasus, Agustus 66.420 kasus. Jika dijumlahkan, dalam dua bulan terakhir kasus Covid-19 di Indonesia berjumlah 118.411. Sejak memasuki Agustus, setiap harinya penambahan kasus berkisar di angka 2.000-3.000 kasus. Pada Senin (7/9) saja terjadi penambahan kasus sebanyak 2.880 kasus.
Dalam beberapa pekan terakhir, bahkan terjadi penambahan lebih dari 3.000 kasus. Di antaranya pada (29/8) 3.003 kasus, (30/8) 3.308 kasus, (2/9) 3.075 kasus, (3/9) 3.622 kasus, (4/9) 3.269 kasus, (5/9) 3.128 kasus, (6/9) 3.444 kasus. Penambahan kasus ini juga berdampak pada meningkatnya angka kematian. Akumulasi kasus kematian selama enam bulan terakhir hingga Senin (7/9) berjumlah 8.130 kasus.
Jika melihat data pada https://covid19.go.id/peta-sebaran, grafik kasus kematian fluktuatif namun cenderung menunjukkan tren peningkatan. Sempat pada beberapa hari terjadi peningkatan kasus, seperti pada (27/8) 120 kasus, kemudian (3/9) 134 kasus dalam sehari. Meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan transmisi (penularan) di tengah masyarakat masih terjadi. Disiplin masyarakat pada penerapan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan kerap kali diabaikan. Hal ini menjadi salah satu faktor melonjaknya kasus Covid-19.
Faktor lainnya adalah relaksasi aktivitas penduduk oleh pemerintah, seperti pembukaan pusat perbelanjaan di perkotaan. "Angka kasus positif meningkat juga dipicu oleh kebijakan pemerintah yang makin longgar, makin relaksasi," kata Epidemiolog Unair, Windhu Purnomo.
Penanganan di sisi hilir, yakni di rumah sakit juga menunjukkan lonjakan pasien sehingga keterpakaian tempat tidur mulai tidak ideal. Kondisi tersebut terjadi di DKI Jakarta, provinsi dengan akumulasi kasus terbanyak se provinsi yakni 47.379 kasus. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pernah menyebut keterpakaian tempat tidur di ruang isolasi sudah mencapai 69 persen dan ruang ICU sebesar 77 persen.
Namun Wiku mengatakan pihaknya telah menambah kapasitas tempat tidur di rumah sakit, ditambah dengan penambahan ruang isolasi di RSD Wisma Atlet. "Di Jakarta beberapa RS memang keterpakaian tempat tidurnya tinggi, tapi masih ada RS lainnya yang masih ada tempat tidurnya. Dari RS yang penuh sedang disubstitusi ke rumah sakit yang kosong," katanya.
Di lain pihak, tenaga medis terus berguguran di tengah pandemi Covid-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat ada 184 tenaga medis terdiri dari 105 dokter umum dan spesialis, 9 dokter gigi, dan 70 perawat yang telah gugur. Badan Pusat Statistik mencatat jumlah dokter di Indonesia pada 2019 sebanyak 81.011 orang. Sebaran terbanyak terpusat di Pulau Jawa yakni DKI Jakarta 11.365 orang, Jawa Timur 10.802, Jawa Tengah 9.747, dan Jawa Barat 8.771.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia meminta pemerintah memperhatikan nasib tenaga kesehatan yang bekerja menangani pasien virus corona. Selama ini para tenaga kesehatan rentan terpapar Covid-19. Mereka berharap pemerintah memberi kemudahan bagi para nakes maupun keluarganya yang ingin memeriksakan kondisi kesehatan.
"Tolong kami dibantu, karena jujur kami-kami yang sakit ini untuk berobat susah. Untuk swab saja kami harus berbayar, demikian juga keluarga kami. Padahal kami adalah orang yang berisiko kena dan keluarga kami berisiko terpapar," kata Eva saat menyampaikan testimoni dalam sebuah acara peluncuran pusara digital, yang disiarkan melalui Youtube Lapor Covid-19, Sabtu (5/9). (GA)